Gua  punya pengalaman satu tahun lalu, dimana satu tahun lalu gua berusia 17 tahun. Umur 17 tahun kalau di Indonesia biasanya sudah dianggap legal, dan sudah bisa membuat KTP.Â
Seminggu setelah berulang tahun gua mengajukan diri untuk membuat KTP, gua lengkapi semua berkas-berkas yang dibutuhkan di kelurahan. Mulai dari surat keterangan RT/RW gua lengkapi, dan semua berkasnya, udah lengkap berkasnya gua bawa ke kelurahan.
Sesudah melewati proses awal sampailah gua ditahap pemotretan wajah dan cap jari, disinilah gua merasa kesel, gua udah ambil nomer antrian tau-taunya penuh untuk tahap pemotretannya, katanya kapasitas data di komputernya untuk saat itu dan beberapa minggu ke depan penuh, katanya petugas kelurahan tersebut juga diakibatkan adanya komputer yang rusak beberapa waktu yang lalu, logika gua kenapa belum diperbaiki secepatnya, apa iya perlu sumbangan, jadi gua disuruh melakukan tahap pemotretan dan cap jari di kelurahan yang direkomendasikan, akhirnya selesai lah KTP gua dalam waktu 2 bulan, waktu yang sangat lama.
Hal apa yang ingin gua sampaikan disini ? sistem kita masih sangat lambat dan mungkin tertinggal dari negara-negara di kawasan Asia. Mungkin untuk pembuatan KTPnya udah elektronik, tapi untuk proses pengajuannya masih sangat primitif banget. Masa iya setiap orang yang ingin buat KTP harus bawa fotocopy KK, akte kelahiran, surat RT/RW, apa tidak kepenuhan itu kelurahan dengan kertas-kertas warga ? terus gua pernah dapet cerita di Twitter, dimana ceritanya seseorang ingin mengurus KTP atau identitas dalam Kartu Keluarga tetapi tetap juga disuruh bawa berkas - berkas. Apa iya kelurahan atau instansi yang bertanggung jawab tidak memiliki data kita dalam suatu program atau belum terintegritas sistem yang bisa menyatukan itu semua ?
Di Indonesia ini kebanyakan orang yang bekerja di administrasi, karena kebanyakan pembagian tugasnya juga bingung. Apa tidak bisa birokrasi di pemerintahan ini dibuat seperti startup ? Zaman sudah semakin maju, tapi kok sistemnya masih kuno. Kalau seperti ini kita akan kalah dari negara-negara lain.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H