TOEMA, dari kata "Tole Ma" adalah sebuah ungkapan khas dalam bahasa Batak Toba. Sebuah ungkapan yang luar biasa, karena sangat simpel namun bisa dikaitkan ke berbagai peristiwa atau situasi.
Toema bisa diartikan secara bersamaan sebagai sudahlah, oklah atau alright bahasa Inggrisnya, atau orang Jawa bilangnya "Yo Wes lah". Namun secara harafiah dapat terjemahan paling mendekati untuk kata TOEMA ialah Pasrah atau Menerima.Â
Meski ada yang mengatakan kurang tepat juga, tapi setidaknya, itulah yang rasanya paling mengena. Karena kata TOEMA sesungguhnya memiliki konotasi yang beda-beda. Dia punya banyak pengertian. Tergantung konteks, tergantung cara mengucapkan, dan tergantung pula gimana perasaan atau mood orang yang mengucapkan.
Di zaman yang manusianya banyak kurang waras, pertama kali yang merasa terkena resiko adalah orang yang masih waras. Ungkapan "sing waras ngalah" artinya siapa yang pikirannya normal agar mengalah, menahan diri, tidak meneruskan percekcokan, pertengkaran dan sebagainya. Biarkan orang yang kurang normal pikirannya tetap beraksi dan meneruskan kemauannya.Â
Ungkapan itu bisa dimaknakan sindiran kepada orang yang sedang bertikai, agar yang merasa dirinya masih berpikiran normal mau mengalah, menahan diri, tidak ngotot. Sehingga yang masih ngotot berarti kurang waras, kurang normal.
Itu ketika keadaannya normal. Perkataan "sing waras ngalah" dapat dimaknakan seperti itu. Tetapi ketika keadaan berbalik, yakni manusia-manusianya sudah banyak yang tidak normal, maka sing waras ngalah itu menjadi keniscayaan, kemestian; siapa yang waras harus mengalah. Dan siapa yang kurang waras sajalah yang akan menguasai lapangan percaturan kehidupan (yang sudah tidak normal itu). Gendheng, tenan....
Sebagaimana tata aturan hidup yang normal, yang namanya orang normal itu berbeda dengan orang gendheng alias gila. Tetapi di zaman gendheng (gila), maka tidak ada bedanya antara orang waras (normal) dengan orang kurang waras. Sama saja. Edan, to?
Ojo keminter mengko keblinger, ojo cidro mundak ciloko (jangan merasa yang paling pandai agar tidak salah arah dan jangan berbuat curang agar tidak cilaka).
Urip kuwi wang sinawang, kayane waras jebule edan, kayane edan jebule tenan (hidup itu kelihatannya enak padahal belum tentu, terlihat baik-baik saja gak taunya gila, kelihatan gila gak taunya gila benaran).
Kata TOEMA bisa berkonotasi positif, merupakan sebuah kearifan atau wisdom. Tapi bisa pula sebaliknya berkonotasi negatif. Ada juga yang menggunakan kata TOEMA, ketika situasi mungkin harus memilih diantara pilihan rumit. Sehingga, dengan kata TOEMA, maka itulah yang merupakan kesimpulan. Artinya, mungkin saja sudah gak perlu pikir panjang, apalagi jika dalam situasi kepepet (mendesak).
Ketika kata TOEMA diucapkan saat merespons sesuatu, maka setidaknya bisa berarti: pasrah, terserahlah, oke deh (baiklah), biarin aja gak usah dipikir, ya sudahlah mau gimana lagi, ya sudah gak apa sabarin aja, nyerah deh, wah sudah tidak berdaya, masa bodo lah, ayolah (akhiri atau simpulkan lah), ya gitulah (merendah), jalankan (laksanakan) lah (dan tentu masih banyak kata yang dapat dikaitkan sesuai situasi dan kondisi). Dalam bahasa Inggris, kata TOEMA kira-kira sinonim dengan Let It Be atau Whatever Will Be Will Be.