Mohon tunggu...
Leonard Leonard
Leonard Leonard Mohon Tunggu... Dosen - Leonard Simangunsong

Dosen Program Studi Pendidikan Matematika dan Program Pascasarjana Universitas Indraprasta PGRI, sekaligus diberi kepercayaan sebagai Kepala Pusat Penelitian LPPM dan Editor in Chief Formatif: Jurnal Ilmiah Pendidikan MIPA (Terakreditasi Sinta 2).

Selanjutnya

Tutup

Humaniora Pilihan

Selesaikan Apa yang Kita Mulai

26 Januari 2024   10:00 Diperbarui: 26 Januari 2024   10:01 288
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Bagian terakhir (ke-4) dari hal penting yang saya sampaikan sebagai persiapan menghadapi proses pembelajaran dengan strategi pembelajaran tugas dan paksa adalah pemahaman untuk memastikan kita menyelesaikan apa yang telah kita mulai. Apapun tantangannya, apapun risikonya, dan apapun pengorbanannya.

Ada satu cerita menarik yang selalu saya sampaikan kepada mahasiswa yang saya ajar dan ini merupakan cerita nyata. Kisahnya dapat Anda lihat di Youtube dengan mencari "Stephen Akhwari".

Stephen Akhwari adalah seorang pelari marathon asal Tanzania yang mengikuti Olimpiade tahun 1968 di Meksiko. Lari Marathon seperti umumnya adalah berlari dari sebuah tempat ke tempat lain yang cukup jauh jaraknya, lalu diakhiri dengan berlari masuk ke dalam lintasan di stadion. Lomba pun dimulai. Singkat cerita, sudah ada beberapa pelari yang memasuki stadion lalu menyelesaikan pertandingan sebagai juara 1, 2, 3, dan seterusnya. Setelah dirasa cukup, maka panitia pun memutuskan untuk melanjutkan acara penyerahan hadiah kepada para juara, dan acara pun selesai. Wartawan sudah mulai membereskan seluruh peralatan yang mereka bawa. Akan tetapi, tiba-tiba terdengar bunyi sirene dari kejauhan dan sayup-sayup terdengar informasi bahwa masih ada seorang pelari yang masih terus berlari untuk mencapai garis finish. Ya, dia adalah Stephen Akhwari, pelari asal Tanzania yang ada di posisi paling belakang. Akhwari terus berlari memasuki stadion walaupun dengan kondisi fisik yang sudah lemah, kaki penuh dengan balutan perban, dan mungkin sudah banyak kesakitan yang dia rasakan. Akhwari tidak mempedulikan semua itu, dia terus berlari mengelilingi lintasan di dalam stadion hingga akhirnya mencapai garis finish. Ya, Akhwari akhirnya mencapai garis finish dan menjadi yang paling belakang.

Wartawan yang menyaksikan pun tidak bisa menyembunyikan kekagetannya dan segera kembali membuka semua peralatannya, lalu mendekati Akhwari sambil bertanya, "Mengapa kamu begitu bodoh. Informasi mengenai juaranya dan acara pembagiannya yang sudah selesai, pasti sudah engkau dengar dari panitia yang mendampingimu, mengapa engkau terus berlari? Bukankah engkau bisa menumpang di mobil pengawal itu dan dengan nyaman sampai di sini tanpa harus berlari lagi?" Akhwari pun menjawab dengan kalimat yang luar biasa, 

"My country did not send me 5,000 miles to start the race. They sent me 5,000 miles to finish the race." 

"Negara saya tidak mengirim saya 5.000 miles untuk memulai pertandingan. Mereka mengirim saya 5.000 miles untuk menyelesaikan pertandingan."

Sebuah semangat yang luar biasa yang ditunjukkan oleh seseorang yang berjuang untuk menggapai impiannya. Semangat yang luar biasa untuk memastikan bahwa tujuannya bukan tentang menang atau menjadi yang pertama, tetapi tentang menyelesaikan pertandingan.

Saya terlalu yakin, orang tua kita tidak mengirim kita hanya untuk memulai perkuliahan. Mereka juga tidak menuntut kita untuk mengakhiri perkuliahan sebagai juara kelas atau memiliki predikat cumlaude (yang terbaik). Mereka hanya meminta kita menyelesaikan perkuliahan dengan baik. 

Mungkin, kita adalah sarjana pertama di keluarga. Mungkin, kita adalah orang terakhir yang bisa mereka biayai untuk menjadi seorang yang terdidik. 

Mungkin, kita adalah orang yang diperjuangkan sekuat tenaga agar bisa mengubah nasib keluarga. Untuk itu, pastikan mereka adalah orang yang paling bangga melihat keberhasilan kita menyelesaikan pertandingan (perkuliahan).

Selamat bertanding dalam pertandingan hidup kita.

Lalu, pastikan orang tua kita adalah orang yang ikut menari dalam keberhasilan hidup kita.

See you at work.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun