Di suatu pagi yang sejuk di Bandung Barat, kehidupan berjalan seperti biasa di antara banyak perkebunan dan perbukitan hijau. Seperti biasanyaWarga sibuk dengan rutinitas sehari-hari ada yang bekerja di ladang, ada juga yang beraktivitas di sekitar perkampungan. Namun, pada bulan September 2024 wilayah Bandung Barat khususnya kecamatan Parongpong seringkali dilanda gempa, ya gempa ini berasal dari banyak titik yang menyebabkan beberapa daerah terkena dampaknya. Getarannya cukup kuat, bahkan di kecamatan Parongpong sendiri ada salah satu rumah yang runtuh dan banyaknya pohon yang tumbang. Warga setempat saling menyelamatkan diri pastinya, warga juga panik dan mencari tempat aman.
Meski Bandung Barat tidak berada tepat di jalur gempa Megathrust utama, getaran yang kuat tetap bisa dirasakan, apalagi karena daerah ini berada di sekitar patahan aktif dan terpengaruh aktivitas tektonik di selatan Jawa. Kejadian seperti ini mengingatkan kita bahwa walaupun Bandung Barat tidak langsung berada di zona subduksi utama, efeknya bisa tetap terasa, mulai dari getaran sampai tanah longsor yang cukup parah.
Pada tanggal 13 Oktober 2024 saya berkesempatan mewawancarai Petani setempat yang berada di desa Cigugur Girang, pada saat itu saya menanyakan terkait bagaimana perasaannya jika gempa Megathrust yang mungkin akan terjadi di daerah Desa Cigugur Girang? Lalu juga menanyakan bagaimana jika gempa Megathrust terjadi apa yang akan dilakukan?.
Pada kesempatan itu Saya mewawancarai Pak Eman yang merupakan petani setempat, beliau mengatakan kalau saya pribadi saya sangat khawatir tentang adanya berita terkait gempa Megathrust ini karena akhir-akhir ini saya sering kali harus selalu waspada, apalagi kan disini dekat sekali dengan jalur lempengan sesar lembang. Yang saya takutkan lebih kepada dampak alamnya mungkin bisa saja longsor karena berdampak buruk pada hasil panen saya. Itu juga akan mempersulit saya yang mengandalkan pertanian untuk hidup.Â
Mungkin juga ada pohon tumbang dan jika parah bangunan juga bisa runtuh kalau memang gempanya sangat besar. Kalau saya pribadi jika memang nanti gempa Megathrust akan terjadi saya sudah menyiapkan barang-barang penting di tempat yang mudah dijangkau. Selain itu, saya juga sudah mengingat rute evakuasi dari kebun ke tempat aman dan pastinya saya dari sekarang juga saya selalu mengedukasi keluarga saya terutama Anak-anak saya terkait gempa Megathrust ini dan juga cara untuk mempersiapkan diri nantinya bila terjadi gempa Megathrust.
Lalu apakah Gempa Megathrust ini sangat berbahaya? mari kita ketahui lebih lanjut. Gempa megathrust adalah jenis gempa bumi yang terjadi di zona subduksi, di mana lempeng tektonik samudera masuk ke bawah lempeng benua. Gempa ini biasanya memiliki kekuatan yang sangat besar, bisa mencapai magnitudo 8,0 atau lebih, dan berpotensi menyebabkan kerusakan yang luas serta tsunami yang mematikan. Indonesia termasuk dalam kawasan yang rentan terhadap gempa megathrust, karena berada di pertemuan tiga lempeng utama: Lempeng Indo-Australia, Lempeng Eurasia, dan Lempeng Pasifik. Ketika lempeng-lempeng ini saling berinteraksi, terjadi penumpukan energi yang sangat besar. Saat energi ini dilepaskan, gempa megathrust terjadi. Gempa Megathrust bisa dikatakan Gempa yang berbahaya karena ada beberapa alasan dalam hal tersebut
- Kekuatan Gempa yang Sangat Besar
Magnitudo gempa megathrust sering kali di atas 8,0. Kekuatan ini cukup untuk menyebabkan kerusakan besar pada bangunan, infrastruktur, dan lingkungan.
- Peluang Terjadinya Tsunami
Karena gempa ini terjadi di zona subduksi bawah laut, pergeseran lempeng dapat memicu pergerakan besar air laut, yang kemudian membentuk gelombang tsunami. Tsunami ini bisa bergerak dengan sangat cepat dan mencapai wilayah pesisir dalam waktu singkat, memberikan sedikit waktu bagi evakuasi.
- Dampak Luas
Gempa megathrust biasanya mempengaruhi area yang luas, terutama di sepanjang pantai yang berada dekat dengan zona subduksi. Getaran kuat dan tsunami yang dihasilkan bisa berdampak pada banyak negara sekaligus, seperti yang terjadi pada tsunami Samudra Hindia tahun 2004.
