Pada tanggal 10 September lalu, timnas Jerman resmi memecat Hansi Flick dari posisinya sebagai pelatih kepala. Pemecatan ini terjadi setelah kekalahan memalukan Jerman di tangan Jepang dengan skor 1-4 pada laga persahabatan 1 hari sebelumnya. Setelah itu, Jerman memang sukses menaklukan Prancis dengan skor 2-1 di tangan pelatih sementara Rudi Voller namun Jerman tentu akan mencari pelatih pengganti secepatnya apalagi pagelaran Euro 2024 tersisa kurang dari setahun lagi. Siapa pengganti yang tepat untuk timnas Jerman?
Masalah Utama Timnas Jerman
Performa Hansi Flick bersama timnas Jerman memang tidak begitu meyakinkan sejak Piala Dunia 2022 lalu. Dengan catatan 4 poin, Jerman kembali tersingkir di fase grup Piala Dunia 2022 lalu. Selain itu, Jerman juga hanya mampu merengkuh 1 kemenangan saat melawan Peru di laga persahabatan pertama di tahun 2023. Setelah itu, Jerman sudah tidak mampu lagi meraih kemenangan. Hasil yang dicapai Jerman adalah hasil imbang melawan Ukraina dan kekalahan dari Belgia, Polandia, Kolombia, dan yang paling baru dari Jepang.
Dari laga-laga tersebut, terdapat 3 hal yang menjadi masalah utama di timnas Jerman dan bisa untuk diperbaiki menjelang turnamen Euro 2024 mendatang. Apalagi pada ajang Euro 2024 nanti, Jerman berperan sebagai tuan rumah. Tentu sebagai tuan rumah, Jerman tidak ingin tampil memalukan apalagi sampai harus tersingkir di fase grup tanpa bisa memberikan perlawanan. Maka, beberapa sektor yang harus dibenahi timnas Jerman antara lain adalah lini pertahanan, lini depan, dan pemilihan pemain oleh pelatih.
Lini Pertahanan
Lini pertahanan Jerman saat ini bukanlah lini pertahanan yang tangguh seperti dulu. Permasalahan utama timnas Jerman saat ini adalah kurangnya awareness terhadap lubang di lini belakang dan kurangnya sosok pemimpin di lini pertahanan Jerman. Jika ditelisik kembali gol-gol yang dialami oleh timnas Jerman, banyak sekali kejadian di mana pos-pos lini belakang tampak kosong khususnya di posisi bek sayap.Â
Apalagi, timnas Jerman merupakan tim yang mengandalkan pressing tinggi yang membuat pertahanan menjadi lebih mudah terekspos oleh serangan lawan. Pressing tinggi ini memang adalah taktik yang penuh resiko karena jika pemain memiliki kesadaran posisi yang rendah dan tidak mampu segera kembali ke posisi masing-masing maka lawan akan lebih mudah untuk menerobos lini pertahanan.
Selain itu, Jerman juga kekurangan sosok leader di lini belakang. Jerman dulu memiliki Philipp Lahm yang mampu berperan sebagai sosok leader dan pemain bervisi tinggi yang mengawal lini belakang timnas Jerman. Setelah Lahm pensiun, belum ada lagi sosok bek yang mampu menggantikan perannya di lini belakang.Â
Sosok Neuer memang seorang leader namun Jerman tetap membutuhkan seorang bek yang mampu menjadi semacam koordinator bagi para pemain di lini belakang. Kelemahan ini tampak karena mayoritas gol-gol yang terjadi ke gawang Jerman terjadi karena kurangnya kesadaran pemain pertahanan terhadap keberadaan lawan dan bola. Bahkan, seringkali gol-gol yang terjadi semestinya bisa dihindari apabila para pemain belakang lebih aware terhadap posisi mereka.
Lini Depan
Lini depan Jerman menyimpan 1 masalah besar sejak hilangnya Miroslav Klose. Mereka tidak memiliki sosok predator di lini depan. Striker yang saat ini dimiliki Jerman bukanlah sosok striker murni pencetak gol yang mampu memberikan rasa aman di lini depan Jerman.Â
Striker utama Jerman saat ini adalah Timo Werner dan Kai Havertz. Kedua pemain ini adalah pemain yang diplot sebagai striker namun tidak berperan sebagai striker. Timo Werner memang cukup produktif mencetak gol bagi timnas Jerman namun dia lebih cocok untuk bergerak lebih melebar dan menjadi pemain sayap tambahan. Sedangkan Havertz boleh dibilang gagal total untuk memainkan peran sebagai striker Jerman.
Havertz bukan penyerang. Havertz adalah sosok yang semestinya memiliki kebebasan untuk bergerak di lini tengah-depan tim untuk memberikan kontribusi maksimal. Gerakan yang dibatasi di lini depan akan membatasi potensi Havertz. Hal inilah yang semestinya menjadi catatan untuk Mikel Arteta selaku pelatihnya di Arsenal dan calon pelatih timnas Jerman ke depan.
Sejatinya, saat ini Jerman memiliki satu sosok penyerang murni yang mampu memberikan ancaman bagi lawan. Nama tersebut adalah Niclas Fullkrug yang saat ini bermain di Borussia Dortmund. Nah, hal inilah yang akan menjadi pembahasan masalah ketiga timnas Jerman saat ini.
Pemilihan Pemain
Hansi Flick memang pelatih yang luar biasa. Flick mampu memboyong segala trofi yang tersedia untuk Bayern Munchen di tahun 2020 lalu. Namun, Flick mempunyai 1 kelemahan fatal sebagai pelatih khususnya di timnas Jerman yaitu sifat keras kepalanya khususnya dalam pemilihan pemain.
Salah satu hal yang tampak jelas adalah bagaimana Hansi Flick terus memaksakan posisi Havertz sebagai striker utama saat Jerman memiliki Niclas Fullkrug. Padahal, jelas-jelas Havertz tidak mampu memberikan kontribusi apapun saat dimainkan di posisi tersebut. Bahkan, saat pagelaran Piala Dunia 2022 lalu kemenangan Jerman atas Kosta Rika tidak terlepas dari masuknya Fullkrug sebagai ujung tombak tim dan Havertz yang bermain sedikit lebih turun ke lini tengah-depan. Tidak memainkan Fullkrug sebagai pemain depan dan memaksakan Havertz sebagai ujung tombak adalah tindakan yang menyia-nyiakan potensi kedua pemain hebat ini.
Masalah lainnya adalah di lini belakang. Secara kualitas memang lini pertahanan Jerman sudah tidak sebaik dahulu khususnya di sektor bek sayap. Klub-klub besar Jerman seperti Bayern Munchen dan Borussia Dortmund saja tidak mengandalkan bek sayap asal Jerman. Bayern menggunakan Alphonso Davies (Kanada) dan Noussari Mazraoui (Maroko) sebagai bek sayap utama dan Dortmund mengandalkan Ramy Bensebaini (Algeria, sebelumnya Raphael Guerreiro asal Portugal) dan Julian Ryerson (Norwegia) sebagai bek sayap.
Di sektor bek sayap tersebut Jerman sejatinya memiliki David Raum dan Benjamin Henrichs yang tampil di RB Leipzig. Namun, hanya Raum yang mampu menjadi pemain andalah di timnas Jerman. Raum pun memiliki masalah di mana ia seringkali terlambat untuk kembali ke posisinya sehingga tidak heran apabila serangan lawan banyak yang berasal dari celah kosong yang ditinggalkan Raum di sisi kiri pertahanan Jerman.Â
Nama lain yang mengisi sektor tersebut adalah Nico Schlotterbeck yang berposisi asli sebagai bek tengah. Schlotterbeck tampak kewalahan untuk mengisi posisi bek kiri karena memang tidak terbiasa di posisi tersebut. Di sektor bek kanan, Henrichs yang menjadi andalan Leipzig malah tidak diandalkan sama sekali olehnya. Flick lebih percaya kepada pemain seperti Jonas Hofmann, Lukas Klostermann, dan Thilo Kehrer. Tragisnya, Klostermann adalah back-up Henrichs di Leipzig dan Hofmann maupun Kehrer bukanlah bek kanan murni.
Siapa Gantikan Flick dan Apa Tantangannya?
Dalam beberapa minggu/bulan ke depan tentu akan menjadi cerita menarik soal siapa pelatih yang akan mengambil kendali kursi kepelatihan timnas Jerman. Terdapat beberapa kandidat untuk posisi tersebut salah satunya adalah Jurgen Klopp.Â
Namun, Klopp sendiri sudah menampik rumor dirinya bergabung ke timnas Jerman dan memilih untuk fokus dan menghormati kontraknya bersama Liverpool. Klopp baru memungkinkan untuk bergabung ke timnas Jerman pasca Piala Dunia 2026 saat kontraknya bersama Liverpool sudah habis (itupun bila tidak diperpanjang).
Nama-nama lain yang dirumorkan untuk menangani timnas Jerman adalah Julian Nagelsmann. Namun, tantangan terbesar dalam mendapatkan tanda tangan Nagelsmann adalah ikatan kontrak sang pelatih dengan Bayern. Sehingga tim/klub mana pun yang ingin mengontrak Nagelsmann harus merogoh kocek untuk membayar sisa kontrak Nagelsmann. Nama lain adalah pelatih asal Belanda yaitu Louis van Gaal yang memang sudah tidak menjabat pelatih tim mana pun setelah mundur dari kursi kepelatihan Belanda.
Terdapat beberapa nama lain yang menarik yaitu pelatih asal Austria, Oliver Glasner. Glasner adalah sosok pelatih yang membawa Eintracht Frankfurt menjuarai ajang UEFA Europa League pada 2022 lalu sehingga pelatih kaliber Glasner adalah sosok yang menarik untuk timnas Jerman apalagi pelatih satu ini kini tidak memiliki ikatan kontrak dengan tim manapun.
Nama yang menarik adalah kemunculan Rudi Voller dan Matthias Sammer sebagai kandidat jangka pendek. Voller yang ditunjuk sebagai caretaker menunjukkan performa oke setelah menaklukan timnas Prancis dengan skor 2-1. Namun, masalah terbesar dari Voller dan Sammer adalah kedua sosok ini sudah sangat lama tidak berurusan dengan strategi di atas lapangan.Â
Baik Voller dan Sammer terakhir kali berperan sebagai pelatih pada 2005. Kemudian, keduanya lebih banyak berperan sebagai direktur tim. Rudi Voller sebagai direktur timnas Jerman dan Matthias Sammer sebagai direktur tim Borussia Dortmund.
Siapapun yang ditunjuk sebagai pelatih, orang tersebut akan mengemban tugas berat untuk membawa timnas Jerman keluar dari keterpurukan menjelang turnamen Euro 2024. Masalah lain yang menanti sang pelatih baru adalah kurangnya laga kompetitif untuk timnas Jerman.Â
Saat tim lainnya harus melalui ajang kualifikasi dan memiliki laga kompetitif, timnas Jerman tidak memiliki jadwal tersebut karena status Jerman sebagai tuan rumah. Sebagai tuan rumah, Jerman hanya dapat mengandalkan laga-laga persahabatan melawan beberapa tim Eropa yang tidak memiliki jadwal pertandingan di babak kualifikasi Euro dan tim-tim dari zona Amerika Utara dan Asia.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H