Mohon tunggu...
Leo Kusima
Leo Kusima Mohon Tunggu... profesional -

Tidak lulus SMA karena sekolah disegel rejim suharto. berkecimpung di bidang transportasi (sistim transportasi) Jembatan/Jalan Layang khusus untuk motor dan sepeda

Selanjutnya

Tutup

Politik

Revolusi Mental Jokowi

31 Juli 2014   14:32 Diperbarui: 18 Juni 2015   04:47 233
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Politik. Sumber ilustrasi: FREEPIK/Freepik

Walaupun Jokowi telah menang pilpres, tapi dengan banyaknya “dukungan” terhadap wowo (mencapai 46,85%), kita perlu analisa, pendukung wowo itu siapa? menurut saya, terutama dari group koruptor, group preman (termasuk order baru), orang yang rendah ilmu pengetahuan (Ilmu mereka hanya bisa berdoa) dan group Islam radikal.

Jika 50% PNS Indonesia bermasalah korupsi, yaitu 1% dari penduduk Indonesia, mereka yang masing-masing mempunyai sanak famili yang berhak pilih, diperkirakan 5% dari jumlah pemilih. Banyak penduduk Indonesia walaupun bukan PNS, tetapi mereka berkeinginan jadi PNS koruptor, mereka juga cenderung milih wowo. Koruptor jelas anti Jokowi, soalnya Jokowi akan tuntaskan korupsi, mereka takut diusut, maka mati-matian bela wowo. Diperkirakan mencapai 6% - 7% jumlah pemili.

Radikal Islam tahu Jokowi adalah Islam (damai), tapi mereka ngotot Jokowi bukan Islam, mengapa? Sebetulnya maksud mereka, Jokowi bukan Islam Radikal, tidak sama dengan mereka, sehingga dianggap bukan Islam, dimata mereka, hanya Islam radikal, baru namanya Islam. Kelompok ini sangat luas, karena mereka “mengatas namakan” Allah, bagi muslin taat dan sebagian muslim damai, kalau sudah ditakuti dengan “atas nama” tuhan, dengan munculnya kampanye hitam seberti “obor rakyat”, sangat mempengaruhi mereka. Dari Islam wahabi dan Islam radikal (pks+p3+pb2), wowo diperkirakan dapat suara 15% dan dari swing voter 13% (orang berpendidikan rendah dan tidak begitu berilmu,mudah ditakuti dengan “atas nama” Tuhan ). Langganan tukang cukur saudara saya, ketika saudara saya cukur ditempatnya, dia bilang dia dibagi duit, saudara saya bilang, biarin, terima duitnya, colok capres ideal anda. Dia bilang tidak bisa, sudah sumpah ketika terima uang. Swing voter demikian yang sebetulnya dia tidak ada dendam sama Jokowi, hanya karena butuh uang untuk hidup, dia tidak menghiraukan capres buruk baik, pokoknya terima serangan fajar, dan diikat dengan sumpah. Juga ada tiupan issue jika milih Jokowi, bearti ahok yang bukan muslim menjadi Gubernur DKI, black campain dan serangan fajar membuat Jokowi hilang sekitar 13% suara.

Preman, order baru jelas akan lawan mati-matian, karena Jokowi janji usut kasus pelanggaran HAM berat penculikan dan perkosaan massal Mei 1998. Jumlahnya adalah sekitar 11% - 12%.

Selama jaman order baru, suharto selalu menekan dengan kekerasan dan otoriter terhadap rakyatnya, ini mental penjajah/otoriter. kita mengajar anak, kalau dengan cara bijaksana, anak akan menjadi orang bijaksana. Kalau mengajar anak dengan kekerasan, ya anak akan jadi preman, dan selalu melawan. Hidup yang keras juga akan membuat anak lebih berjiwa melawan. Israel menghadapi Palestina (Gaza) dengan sangat brutal, maka rakyat Palestina juga melawan dengan brutal pula. Cara wagub DKI memakai cara brutal, hanya akan membuat rakyat melawan dengan brutal juga. Biasanya penjajah atau penguasa otoriter memakai agama untuk melemahkan sifat lawannya. selalu dicuci otak, ini takdir…..

Untuk memajukan Indonesia, yang Jokowi harus bersihkan adalah premanisme (harus taat hukum), koruptorisme, radikal agama. Untuk menghadapi swing voter agar tidak mudah terhasut/tertipu, kita perlu memberi pendidikan yang bagus (isinya) bukan hanya gratis pendidikan 12 tahun saja. Maka Jokowi ciptakan Revolusi Mental.

MASALAH AGAMA.

Revolusi mental, harus menaikkan kualitas manusia Indonesia, entah kualitas dalam kemampuan menaikkan daya saing, daya kerja, juga harus menaikkan moral. sekolah gratis 12 tahun tidak ada gunanya, kalau mata pelajaran seperti sekarang, mata pelajaran harus dirombak total.

Undang undang pendidikan harus dirubah, tidak menjadi kewajiban untuk mengajar agama disekolah, khususnya pada SD dan SMP, SMA I dan II, karena daya menganalisa masih rendah. Pikiran radikal Islam mudah terbentuk, bila anak kecil yang tidak ada kemampuan anlisa, sudah dijejal dengan doktrin agama (radikal). Jika seseorang baru menyentuh agama pada umur setelah 30 tahun, andai dia memeluk agama tersebut, dia akan lebih bijaksana, taat dan tidak

ekstrim. Agama itu bagaikan seks, tidak ada seks, manusia akan hilang dari bumi, tapi seks (dan agama) hanya baik untuk orang dewasa, tidak untuk anak kecil dan pemuda. Tidak semua ajaran agama cocok dengan science. Jangan menganggap Agama itu mutlak, didunia negara yang maju di tehnologi tidak ada yang dari negara yang didominasi agama, negara yang agamanya dominasi, kecuali memiliki sumber alam yang berlimpah, tidak ada yang maju. Arab Saudi walaupun maju pembangunan fisiknya karena minyak, tapi dibidang ilmu dan moral tidak ada apa-apa.

Banyak radikal agamais, justru mereka menerima agama sejak kecil, sehingga menganggap agama itu adalah dunianya. Mereka tidak sanggup menganalisa apa yang sebenarnya.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Politik Selengkapnya
Lihat Politik Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun