[caption id="attachment_192059" align="aligncenter" width="620" caption="Menteri Komunikasi dan Informatika Tifatul Sembiring. (KOMPAS/TOTOK WIJAYANTO)"][/caption] Kelihatannya pak Tifatul sedang melawan arus. Pak Tifatul ingin menggunakan peraturan kementerian agar harga SMS "disesuaikan", dengan cara dikenakan biaya Rp: 23.- untuk membayar operator yang menerima lemparan SMS dari operator lain. Disini saya perlu menceritakan beberapa perkembangan yang terjadi dalam dunia telekomunikasi, dan anda bisa menyimpulkan keinginan pak Tifatul apakah bisa sukses atau tidak. Dulu, sebelum ada Telex, kita mengirim berita darurat, menggunakan telegram. Pada waktu itu, telegram sangat populer. Dan saking mahalnya telegram, sampai kita kirim dengan bahasa singkatan. Setelah muncul telek, dengan kemampuan kecepatan 50 baud per detik, maka, orang mulai melepaskan telegram. Pada waktu itu, jika kartu nama anda ada nomor telek, anda pasti perusahaan besar dan bonafide. Dengan adanya telek, maka business jadi lancar, antar perusahaan atau antara kantor pusat dan cabang, dapat berhubungan dengan cepat, jelas, hitam diatas putih, perdagangan jadi maju. Dengan kemajuan technology, manusia menemukan Fax, Fax pertama yang populer adalah fax G2, kecepatannya 2400 baud per second, dapat mengirim gambar (yang tidak dapat dilakukan telek), tapi telek belum goyang. Kemudian manusia menciptakan faximile generasi ke 3, atau disebut G3, kecepatannya 9600 baud per detik, dengan demikian, mengirim tanda tangan, gambar dll menjadi MURAH DAN MUDAH, sehingga telek hanya dipakai antar bank saja, yang memerlukan bukti otentik. Fax menguasai dunia data komunikasi. Kemudian manusia menciptakan email, dengan email, kita bisa mengirim SEGALANYA! Maka tamatlah riwayat Fax, walaupun Fax sudah mencapai tingkat G4 yang dapat mengirim sehelai dokumen dalam waktu 3 detik. Sampai sekarang Email yang meraja rela, selain kemampuan, gratis lagi (hanya bayar biaya internet) dan peralatannya sangat murah. Bahkan parameter suatu negara maju atau tidak, tergantung jumlah warga yang memakai internet/email yang cepat dan murah. Ini adalah kemajuan tehnology yang tidak bisa dibendung dengan peraturan pemerintah! Khususnya dalam dunia telekomunikasi, yang kemajuan/perubahan tehnologynya sangat cepat. Sekarang kita bicara soal SMS. Didunia, banyak cendiakawan yang pintar membuat tehnology, yang dapat melangkahi sistim dari provider. Ambil contoh, 15 tahun yang lalu, jika kita mau menilpon ke luar negeri atau untuk dalam negeri, maka kita hanya bisa memakai SLI 001 Indosat dan SLJJ Telkom, tak heran pada waktu itu, Indosat sanggup menduduki 5 besar dalam provite maker. Tapi hanya sekejap, profitnya RONTOK hanya karena munculnya VOIP. Dan keadaan Indosat jadi menyedihkan. Bisakah pak Tifatul melarang VOIP untuk menolong 001, 007 dan 009? Tidak bisa! Bersyukur opeator lumayan pintar, juga mengeluarkan 010xx, sehingga dapat merebut kembali sebagian besar pasar SLI yang dirubah menjadi VOIP. Mereka tidak memakai peraturan menteri untuk melindungi SLI, ini cara yang benar, mereka terjun langsung ke VOIP. Tapi, VOIP sedang diganjal oleh SKYPE yang kabarnya telah menguasai 18% trafix international call dan longdistance call, karena SKYPE adalah free antar sesama SKYPE. SKYPE juga bisa VOIP call ke Hand Phone dan PSTN (telepon kabel) dengan tarip murah seperti VOIP. Mungkin pak Tifatul berpikir, untuk komunikasi data kecil (SMS), tidak ada jalan lain kecuali SMS. Dulu, di Amerika untuk menerima SMS saja harus bayar, apalagi mengirimnya. Kemudian muncul BBM Black Berry, BBM menyikat trafix SMS, sehingga ia merajai business instant messagging dan push email. Ditambah lagi diserang oleh WHATSAPP, yang dapat mengirim berita, gambar melalui WIFI atau GPRS secara GRATIS! Operator kelabakan, tapi mereka tidak mengemis ke pemerintah untuk mengganjal BBM dan WHATSAPP, melainkan menggratiskan SMS (untuk melawan BBM dan WHATSAPP) dan MMS (untuk melawan push emailnya BBM) dengan tarip murah, 5 dolar US, bisa mengirim sesuka hatimu ke SELURUH DUNIA entah SMS atau MMS! Operator seluler menyerang balik BBM, sehingga kondisi BBM sekarang sedang GENTING! Tapi, WHATSAPP tidak terpengaruh, karena WHATSAPP hanya menagih 1US$ per tahun. Jika pak Tifatul ngotot "menyesuaikan" tarip SMS, maka WHATSAPP bagaikan dapat angin surga, akan segera meraja rela. Sebetulnya, yang sanggup melakukan Instant Messagging, selain Whatsapp, ada Yahoo messagging, Google talk, QQ........ Semuanya GRATIS! Kita lihat saja, hasilnya.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H