Ilustrasi: 1MDB | sumber: freemalaysiatoday.com
Sepekan ini masyarakat Asia Tenggara mendapat kabar buruk tentang kisruh pengelolaan 1Malaysia Development Bhd alias 1MDB, perusahaan negara atau BUMN-nya Malaysia, yang bergerak dalam investasi proyek energi, properti, dan perkebunan. Ya, mantan Perdana Menteri Malaysia, Mahathir Muhamad, menyatakan Malaysia terancam kebangkrutan akibat utang 1MDB.
Sejujurnya, yang disampaikan Mahathir jelas merupakan serangan politik terhadap Perdana Menteri Malaysia saat ini Najib Rajak, hanya saja alasan dan analisa Mahathir menggunakan sesuatu yang reasonable alias masuk akal. Namun benarkah 1MDB akan bangkrutkan Malaysia?
Tak bisa dipungkiri 1MDB akan menggerogoti keuangan dan ekonomi Malaysia, kegagalan perusahaan investasi tersebut membayarkan bunga pada pemegang obligasi, jelas memaksa pemerintah Malaysia melakukan sejenis bailout pada 1MDB. Skandal Perdana Menteri Najib Rajak terkait aliran dana 681 juta dolar dari 1MDB yang mengalir ke rekeningnya hanyalah picu pembuka borok perusahaan investasi tersebut.
Namun problem utamanya 1MDB adalah perusahaan investasi tersebut kehilangan kemampuan membayar kewajibannnya pada pemegang obligasi, atau bond, atau surat utang, atau sukuk, atau apapun namanya itu. Bahkan diketahui pada Januari, utang 1MDB telah mencapai 12,5 miliar dolar atau sekitar 50 miliar ringgit.
Borok tersebut kemudian bernanah dan berbau saat 1MDB gagal bayar sekitar 50 juta dolar bunga, atau kupon, atau fee, atau bagi hasil, atau apalah namanya itu, dari pemegang obligasi/ sukuk 1MDB sebesar 1,75 miliar dolar. Gagal bayar ini memicu gagal bayar lanjutan untuk obligasi/ sukuk 5 miliar ringgit dengan masa matang 2039 dan obligasi/ sukuk 2,4 miliar ringgit dengan masa matang 2021 - 2024.
Nah, gagal bayar 50 juta dolar kupon pemegang obligasi 1,75 miliar dolar ini yang menjadi menarik, karena seharusnya patner 1MDB yakni lembaga pendanaan International Petroleum Investment Corp/ IPIC asal Abu Dhabi yang menjadi penjamin, bisa membayarkan, namun IPIC menolak bertanggungjawab.
Jelas IPIC sudah curiga, kemana tuh uang hasil jual sukuk senilai 1,75 miliar dolar, tak nampak bahkan IPIC menuding dana sebesar itu telah lenyap dari 1MDB tanpa jejak yang jelas. Sorry dong kalau disuruh tanggung jawab!
Inilah membuat 1MDB menjadi melempem, legitimasi perusahaan investasi 1MDB dipertanyakan, siapa yang melarikan miliaran ringgit itu, bagaimana 1MDB bisa memiliki beban utang mencapai 50 miliar ringgit pada Januari. Intinya, di mana uang itu?
Sebab ini yang membuat mantan Perdana Menteri Mahathir Muhamad menyatakan bahwa negara Malaysia terpaksa menanggung beban utang 1MDB, demi menjaga wibawa, rating kredit, dan kepercayaan pasar global pada Malaysia, apalagi 1MDB itu kan kategori BUMN.
Ketahuan sekarang bahwa 1MDB hanya perusahaan investasi akal-akalan dengan beban utang yang besar. Akhirnya Malaysia membubarkan dewan direksi 1MDB, dan mengambil alih aset perusahaan itu. Otomatis 1MDB saat ini hanyalah perusahaan cangkang, nihil, kosong, tanpa aset apapun. Tentu ini tamparan bagi prinsip fee atau bagi hasil sukuk yang didasarkan pada aset riil.