[caption caption="Sumber: treymorgan.net"][/caption]Ya. Ini masih seputar isu hangat "Panama Papers". Kitab sakti yang dikeluarkan Konsorsium Jurnalis Investigasi Internasional (ICIJ), yang mengklaim memiliki bocoran 11,5 juta dokumen dalam 2,6 terabyte data dari Firma Hukum Mossack Fonseca Panama, terkait praktik offshore.
Tentu kita menghargai pencapaian luar biasa dari investigasi ICIJ. Namun kenapa menjadi hipokrit alias munafik? Jelas karena ICIJ hanya membuka secuil data, menyensor dan bahkan menyembunyikan sebagian besar informasi lainnya.
[caption caption="Wikileaks' twit"]
Mudahnya begini: terdapat 376 jurnalis dari 109 media tersebar dari 76 negara (Aljazeera) yang menjadi bagian dan kebagian informasi dari ICIJ terkait Panama Papers. Sekarang yakinkah penduduk bumi bahwa 109 media atau bahkan 376 individu itu tidak ada di dokumen Mossack Fonseca?
Sudahlah, 376 individu tersebut kita anggap dianulir karena pernah juga merasa pahitnya hidup jurnalis. Sekali lagi, kritis itu bukan bentuk tuduhan, dan skeptis itu mencari nilai kebenaran yang sangat terbatas.
Jadi bagaimana dengan 109 perusahaan media tersebut? Bagaimana dengan pemiliknya? Direksinya? Bahkan bagaimana bisnis lain yang tergabung dalam grup usaha yang sama dengan media itu? Bagaimana yayasannya? Bagaimana institutnya? Serta lembaga lain yang berafiliasi dengan media tersebut.
Bila menggunakan algoritma dari 109 media tersebut, maka mungkin ada ribuan nama, bisnis, dan lembaga yang harus dilakukan pengecekan. Jadi di sinilah kemudian media menjadi hipokrit atau munafik, yakni saat media menyensor/menyembunyikan 99 % data dan hanya menyuguhkan 1 % informasi Panama Papers.
Mungkin patut disimak jawaban dari Direktur ICIJ, Gerard Ryle, "We're not WikiLeaks. We're trying to show that journalism can be done responsibly," (Daily Mail). Dalam bahasa Indonesia, "Kami bukan Wikileaks, Kami mencoba menunjukkan bahwa jurnalisme dapat dilakukan secara bertanggung jawab".
Jawaban manis, namun dalam makna: menjadi jurnalis atau media yang bisa menyensor/menyembunyikan informasi terkait suatu informasi yang memiliki kemungkinan sama besar akan tindak pidana praktik offshore. Jelas saja sangat absurd. Apakah Gerard Ryle memiliki domain hukum? Kategori etika jurnalistik? Kuasa yang ada pada Ryle hanyalah ia memiliki dan kita tidak!
Tentu menimbulkan tanda tanya, bagaimana jika terdapat data yang mengaitkan sebagian elemen ICIJ dan 109 media dalam Panama Papers? Bagaimana itu bukan menjadi perhatian publik bahkan penegak hukum? Jurnalis dan media lain seharusnya skeptis dan kritis mengenai hal ini.
Tidak menuduh, namun inilah realitas informasi. Ketika sebagian besar data disensor/disembunyikan, tentunya hal tersebut akan menimbulkan kecurigaan. Apakah kita para jurnalis dan media lupa, bahwa profesi dan institusi mulia ini yang paling bersuara jika terdapat lembaga yang menyensor/menyembunyikan informasi. Paradoks, ICIJ mengungkap kerahasiaan praktik offshore, namun sebaliknya juga merahasiakan jutaan informasi penting dari masyarakat.