Jurnalis cetak harus kreatif, memiliki sudut pandang berbeda, azas manfaat publik, kenapa? Karena media cetak itu ibarat dinosaurus, Bung! Tertinggal dari media televisi, apalagi media online. Bagaimana mengharapkan jumlah pembaca yang masif esok pagi, sementara saat ini semua kejadian sudah dilahap oleh televisi dan online. Makanya, jurnalis cetak melalui idealismenya harus memiliki orientasi bisnis media.
Semuanya ada ukuran, telah diperhitungkan, bahkan jenis font dalam media cetak berpengaruh pada minat baca. Pengetahuan seperti ini yang patut diketahui oleh penduduk bumi redaksi, apalagi di tingkatan manajerial ke atas. Peletakan foto mempengaruhi mata para pembaca, ukuran dan posisi semuanya berkontribusi. Bila media yang sudah mapan, mungkin dan mungkin saja tetap mempertahanan konsep perwajahan "petak-petak".
Namun, hakul yakin, meski mapan, konsep seperti ini akan ditinggalkan pembaca yang jenuh. Butuh inovasi baru dalam bisnis media cetak, khususnya perwajahan. Bila bicara wajah, jurnalis harus belajar menghargai rekan-rekan IT dan Layout. Kembali jurnalis dituntut untuk mengubah paradigma, diakui atau tidak para IT dan Layout acap kali menjadi warga kelas dua di Redaksi. Padahal, kekuatan media cetak adalah suguhan wajah. Jika media cetak tak ingin pupus dalam revolusi industri media, tuntutan dasarnya adalah tampilan yang kreatif, azas manfaat publik, segmentasi, dan interaksi dengan pembaca.
Jadi jujur, Jurnalis cetak memiliki banyak kewajiban lain untuk mempertahankan eksistensinya. Karya memang fundamental, namun bisnis medialah yang menjadi penyokong fundamental tersebut.
Follow Instagram @kompasianacom juga Tiktok @kompasiana biar nggak ketinggalan event seru komunitas dan tips dapat cuan dari Kompasiana
Baca juga cerita inspiratif langsung dari smartphone kamu dengan bergabung di WhatsApp Channel Kompasiana di SINI