Mohon tunggu...
Money Pilihan

"Dua Tusuk Sosis untuk Anakku..." (Dampak Jatuhnya Harga Karet)

7 Februari 2016   11:04 Diperbarui: 7 Februari 2016   11:43 3
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Memang ada komoditas lain, yakni sawit, namun saya termasuk yang kurang berkenan pada sawit. Karena tidak ada petani sawit, yang ada hanya buruh atau kuli sawit. Orang-orang kampung ini tidak akan mampu untuk membuka kebun sawit, modalnya begitu besar. Namun bukan sawit yang kita bicarakan saat ini, tetapi karet.

Karet Anjlok

Anjloknya harga komoditas karet, tidak hanya terjadi di Indonesia namun seluruh dunia. Yang paling berdampak adalah Indonesia, Malaysia, dan Thailand. Ketiga negara anggota The Association of Natural Rubber Producing Countries (ANRPC) menguasai 80 persen pengapalan karet dunia.

Namun apa daya, lesunya ekonomi China, sangat berdampak terhadap permintaan karet dunia. Suatu akibat dari perang ekonomi yang digaungkan USA-Saudi http://www.kompasiana.com/leogultom/perang-ekonomi-global-duet-usa-saudi_56b22556f292733d0cd11362 

Menurut analis Bloomberg, Supunnabul Suwannakij, 20 dari 30 petani karet Thailand berhenti menyadap karet karena harga yang terus anjlok. Tentunya analisis ini relevan dengan Indonesia dengan kultur karet dan regional yang sama dengan Thailand.

China, lanjut Supunnabul, sedang dalam ekonomi yang lemah. seperti diketahui kebutuhan karet paling banyak difungsikan untuk ban kendaraan, namun permintaan kendaraan bermotor sangat jatuh di China karena perlambatan ekonomi.

Naiknya harga karet pada 2009-2011, membuat tiga negara utama, Indonesia, Malaysia, dan thailand, membuka banyak lahan baru karet. Menurut analisis, kelebihan produksi akan terus berlanjut setidaknya dua tahun ke depan.

Perdagangan karet di pusat perdagangan global Tokyo, menunjukkan karet telah jatuh 70 persen sejak 2011.

[caption caption="Chart1_davidstockmanscontracorner.com"]

[/caption]

Kelebihan produksi karet dibanding permintaan sekitar 98.000 ton pada 2015. Diprediksi bahwa kelebihan akan semakin parah pada 2016, yakni sekitar 411.000 ton, dan 430.000 ton pada 2017.

Ekonom, Prachaya Jumpasut, menilai perkembangan permintaan tidak tumbuh secepat produksi karet. ia memperkirakan akan terjadi penumpukan persediaan karet sekitar 3,7 juta ton karet di gudang penyimpanan global pada 2017.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Money Selengkapnya
Lihat Money Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun