Hello, kali ini penulis akan merangkum awal mulanya perjalanan salah satu mata kuliah yang kini hampir selesai.
Mata kuliah merupakan satuan pelajaran yang diampu atau dipelajari oleh mahasiswa di tingkat perguruan tinggi.  Mata  kuliah disusun berdasarkan capaian pembelajaran lulusan (CPL), di dalam capaian pembelajaran lulusan terdapat materi pembelajaran, bentuk dan metode pembelajaran, penilaian, serta memiliki bobot minimal satu satuan kredit semester (SKS).Â
Betul, sesuai dengan judul di atas penulis menempuh mata kuliah stilistika. Mungkin sebagian dari kalian terutama prodi sastra Indonesia tidak asing lagi dengan mata kuliah stilistika. Â Mata kuliah ini ditempuh saat penulis semester 3, kemungkinan juga di antara kalian telah menempuh mata kuliah stilistika terlebih dahulu.Â
Saat penulis menempuh mata kuliah ini ada gelombang-gelombang kehidupan mahasiswa. Ada aja gebrakan dari dosen stilistika. Kebetulan penulis di mentori langsung oleh Bapak Dr. Wadji, M.Pd. Beliau ini merupakan konsultan bahasa, wartawan, penulis di Nusa Daily, dan lain-lain. Kebetulan jadwal mata kuliah stilistika jatuh di hari Selasa, pukul 08.40 WIB.
Tahu tidak? Mengapa tadi penulis menuliskan gelombang-gelombang kehidupan mahasiswa dan ada aja gebrakannya ?
Siapa yang tidak terkaget-kaget dengan gebrakan Pak Wadji, saya yang notabenenya tidak pernah menulis ilmiah terutama di platfrom yang dapat dibaca oleh banyak orang. Mana sekali menulis harus 300 kata, awalnya penulis bingung harus memulai dari mana.Â
Akan tetapi, Pak Wadji senantiasa membimbing penulis dengan sabar, telaten, serta sekaligus memberikan tips untuk menulis di platform yang dibaca banyak orang.
Pertama kali penulis bertemu dengan dosen unik sekali dalam penyampaian pembelajaran. Menurut penulis, bapak Wadji dalam penyampaian sangat fleksibel sekali.  Anehnya, saat beliau menyampaikan materi yang menurut penulis sulit, namun beliau menyampaikan dengan singkat, padat, dan mudah dipahami.Â
Pak Wadji juga senantiasa mengingatkan setiap materi yang beliau sampaikan, agar dijadikan acuan untuk skripsi-an. Di antara materi yang Bapak Wadji sajikan, hanya 2 yang menurut penulis mudah, yakni terkait bahasa figuratif serta perbedaan teater dan drama.Â
Bahasa figuratif ternyata bahasa kiasan (majas). Jika dikupas memang mudah. Pertama kali juga saat mata kuliah Bapak Wadji, penulis menyukai teater ketimbang drama. Tidak tahu mengapa seperti itu, namun saya mendapatkan kesenangan dalam mempelajari materi drama dan teater.Â
Tak hanya itu, Pak Wadji juga sangat unik yaitu setiap berakhirnya kelas, beliau menyuruh penulis membeli buku untuk pembelajaran di minggu depannya. Akan tetapi, dengan begitu penulis dapat mengoleksi beberapa buku fiksi serta buku nonfiksi.Â