Mohon tunggu...
Leo Putraherfian
Leo Putraherfian Mohon Tunggu... Mahasiswa - Mahasiswa

Seorang pemuda yang sedang menempu pendidikan S1 ilmu Hubungan Internasional

Selanjutnya

Tutup

Ruang Kelas

BRI China Masuk ke Indonesia? Apa Dampaknya?

22 Mei 2024   16:43 Diperbarui: 22 Mei 2024   16:43 59
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Ruang Kelas. Sumber Ilustrasi: PAXELS

Seperti yang kita Semua ketahui dari Belt Road Intiative China ini menimbulkan beberapa Pro dan kontra dari negara negara lain, Contoh negara yang kontra dengan kebijakan ini salah duanya adalah India dan Amerika Sedangkan yang pro atas Kebijakan ini salah satunya adalah Indonesia. Tentu saja Kebijakan ini banyak menimbulkan masalah karena kebijakan ini tidaklah sempurna 100% masih banyak kekurangan dari kebijakan ini seperti : kurang nya transparansi dana dari pihak pengelola proyek, dampak negative  terhadap alam yang ada di sekitar pembangunan proyek, Bahkan ada beberapa negara yang takut akan Terkena Debt trap yang di lakukan china. Padahal menurut saya pribadi Belt and Road Intiative dari china ini lumayan membantu negara negara berkembang seperti Indonesia, afrika selatan, DSB Karena dengan adanya kebijakan ini berarti China menawarkan pinjaman atau investasi  terhadap negara negara tersebut untuk digunakan uangnya sebagai modal untuk membangun infrastruktur dengan teknologi yang canggih. Tentu China tidak asal memberikan Investasi terhadap negara negara tersebut. 

Ada beberapa Syarat yang di berikan China agar para negara ini bisa menerima investasi atau pinjaman uang dari china seperti : Kerjasama dengan pemerintah China, Kepentingan ekonomi yang menguntungkan bagi ke-2 negara, Kerjasama regional Terhadap negara negara yang mengikuti kebijakan BRI ini, Dan yang terpenting negara negara yang menerima Investasi ini Dituntut untuk bisa menjaga stabilitas ekonomi dan politik dalam negerinya jika tidak bisa menjaga politik dan ekonomi negerinya maka China akan melakukan hal yang sama seperti China lakukan ke sri lanka yaitu "mengambil alih" Aset yang ada di negaranya agar terhindar dari kebankrutan, masalah yang muncul di Srilanka ini  lah yang digunakan beberapa negara yang kontra dengan kebijakan ini Sebagai alibi untuk menolak bahkan menghapuskan kebijakan BRI China.

Awal dari tercetusnya BRI (Belt and Road Intiative) ini adalah China ingin mempermudah Akses Penyaluran Terhadap Sumber daya yang dapat meningkatkan ekonomi secara global dan juga mempermudah koneksi infrastruktur antar negara yang dapat mempercepat perputaran ekonomi Global, dapat di lihat dari peta negara penerima BRI ini mereka melingkar (dimulai dari China dan berakhir di China) selain meningkatkan percepatan perputaran ekonomi dan pengangkutan  sumber daya China juga ingin meningkatkan pengaruh politik nya terhadap negara negara yang bersangkutan, Menurut saya inilah alasan Amerika menolak dengan keras Belt and Road Intiative dari China ini karena mereka (Amerika) takut kalah saing dan takut China memiliki pengaruh politik yang lebih besar dari mereka begitu juga dengan India tetapi India bukan takut kalah saing dengan China tapi India takut kalah saing dengan Pakistan "loh kok gitu? Emangnya kenapa?" ini bisa terjadi karena Pakistan di lewati dan menerima BRI ini yang dimana secara sistematis ini bisa meningkatkan Pendapatan negara walaupun dengan menerima proyek BRI ini meningkatkan juga hutang negara tapi selama hutang nya itu bersifat Produktif dan berdampak positif menurut saya its ok guys kan yang merasakannya juga masyarakat lagi.

Tapi tidak semua pembangunan yang dilakukan dengan BRI ini berupa infrastruktur untuk mengankut sumber daya alam ada juga yang digunakan untuk transportasi umum seperti di Indonesia, Karena di atas saya ada menyinggung soal Srilanka yang proyek nya di ambil alih oleh China itu karena Srilanka sedang mengalami guncangan ekonomi bahkan tidak hanya terguncang srilanka juga sudah mengalami kebangkrutan karena tidak bisa membayar hutang negara nya sebesar Rp 754 Triliun dan diperparah dengan inflasi yang membuat negara ini tidak memiliki nilai investasi di mata para investor dan membuat beberapa investor pergi dari Srilanka, Agar proyek hasil BRI China tidak ikutan bangkrut seperti negaranya maka dari itu pemerintah Srilanka  mengambil langkah untuk  menyerahkan pelabuhan yang masih menjadi hutang negara kepada perusahaan China untuk dikelola sampai waktu yang tidak di tentukan.

Dan juga saya bilang diatas bahwa Indonesia juga menerima kebijakan BRI ini dan Indonesia menerima proyek kereta api cepat dari China yang merupakan kereta api cepat pertama di Indonesia bahkan Asia tenggara, walaupun ini sangat menguntungkan bagi Indonesia karena ini dapat mempermudah dan mempercepat perjalanan antar kota tetap saja proyek ini mendapatkan banyak kritikan dari berbagai pihak mulai dari anggaran nya yang sangat tinggi yaitu Rp 108 Triliun, di anggap tak aman dan tak stabil dari segi infrastruktur, Bahkan sampai tak efektif padahal dengan adanya kereta api cepat ini dapat menghemat perjalanan Jakarta bandung yang dimana Jarak tempuh Jakarta bandung jika menggunakan mobil bisa 2-3 jam jika tak macet dan keadaan normal sedangkan menggunakan kereta cepat (woosh) yang merupakan hasil dari kerjasama Indonesia -- China (Proyek BRI) hanya memakan waktu 1 jam -- 45 menit saja. 

Jika kembali membahas Amerika dan India yang tak setuju dengan proyek ini, menurut saya mereka agak lucu jika tidak setuju dengan kebijakan dan proyek ini karena jika mereka tidak setuju dengan kebijakan dan proyek ini, mengapa mereka ber-2 malah membuat proyek yang sama untuk menandingi kebijakan ini dengan nama  The EU Middle East India Corridor yang bertujuan untuk menghubungkan Area Area yang tak di lewati BRI China seperti Eropa, Asia barat, dan india dengan iming iming lebih transparan dan efektif jika di bandingkan dengan proyek BRI yang dimiliki China. Tidak seperti Australia yang berawal dengan kontra terhadap Proyek BRI ini, lama kelamaan dan secara perlahan Australia mulai setuju dan bergabung dengan proyek BRI ini, walaupun tidak bergabung sepenuhnya tapi Australia mulai menunjukan sikap setuju akan kebijakan ini. Walaupun banyak sisi Positifnya tapi proyek ini tetap lah harus di awasi dan tangani dengan tepat agar semua

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Konten Ruang Kelas Selengkapnya
Lihat Ruang Kelas Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun