Mohon tunggu...
Leny Wijayanti
Leny Wijayanti Mohon Tunggu... lainnya -

menulis itu bukan tentang bagaimana mengawali tulisan tapi bagaimana mengakhiri tulisan itu sehingga si pembaca tersentuh :)

Selanjutnya

Tutup

Catatan

Pilgub 2013 dan Masa Depan Bali

16 Mei 2013   13:44 Diperbarui: 24 Juni 2015   13:29 307
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Memasuki tahun 2013, suhu perpolitikan di Bali sudah terasa panas. Ini disebabkan pada tahun ini, Bali menyelenggarakan pesta demokrasi, untuk menentukan pemimpinnya hingga 5 tahun ke depan. keadaan kian memanas ketika KPUD menetapkan peserta Pilgub 2013 hanya 2 calon, yaitu Anak Agung Ngurah Puspayoga (Cagub) – Dewa Sukrawan (Cawagub) dan Made Mangku Pastika (Cagub) – Ketut Sudikerta (Cawagub).

Made Mangku Pastika sendiri merupakan Gubernur Bali dan Anak Agung Ngurah Puspayoga merupakan Wakil Gubernur. Isu mengenai keretakan hubungan antara Gubernur dan Wakil Gubernur ini sudah berhembus sejak lama dan kian terpampang nyata setelah keduanya menyatakan maju sebagai calon Gubernur.

Anak Agung Ngurah Puspayoga adalah calon gubernur yang diusung oleh PDIP. Sudah bukan rahasia lagi bahwa Bali merupakan basis dari partai politik pimpinan Megawati tersebut. Made Mangku Pastika diusung oleh koalisi Partai Golkar dan Partai Demokrat.

Dikutip dari tweet adikku yang kebetulan lebih pintar berpolitik dari aku, Pilgub 2013 ini unik, pertarungan antara kelompok tradisional konservatif dengan kelompok moderat yang intelektual.

Kelompok tradisional konservatif, diwakili oleh A. A. Ngurah Puspayoga - Dewa Sukrawan yang diusung PDIP. Didukung penuh penguasa parlemen saat ini, PDIP sisa peninggalan PNI era Bung Karno. Oleh karena itu pasangan ini memiliki tanggung jawab besar terhadap sejarah karena mengusung simbol-simbol beraroma Bung Karno.

Made Mangku Pastika - Ketut Sudikerta adalah pasangan yang mewakili kaum moderat intelektual. Diusung oleh kelompok intelektual muda, aktivis moderen dengan sedikit campuran kader partai yang sakit hati. Oleh karena itu, pasangan ini memiliki daya serang yang terarah dan terorganisir dengan modal yang menjamin.

Ketika KPUD Bali menyelenggarakan debat calon gubernur yang disiarkan di stasiun televisi nasional dan juga lokal. Melalui debat cagub tersebut, kedua belah pihak saling sindir dan saling menyerang. Satu sama lain saling menjatuhkan dan mengunkap keburukan masing-masing.

Padahal, kalau menurutku keburukan pemerintahan Made Mangku Pastika adalah keburukan Anak Agung Ngurah Puspopayoga. Begitu pula sebaliknya, keberhasilan pemerintahan Made Mangku Pastika juga merupakan keberhasilan Anak Agung Ngurah Puspayoga.

Kenapa begitu? Karena tidak dapat dipungkiri bahwa mereka berdua duduk sebagai pemimpin Bali lima tahun terakhir. Yeah walaupun dibayang-bayangi isu bahwa sang wakil gubernur tidak ngantor selama 2 tahun.

Kemarin, 15 Mei 2013, masyarakat Bali melaksanakan hak pilihnya. Ada banyak yang tidak mendapat kartu peserta pemilih, namun mereka masih bisa memilih dengan menyerahkan KTP atau KK ke TPS terdekat setelah jam 12 siang. Ada banyak juga yang memilih untuk golput dan merelakan hak suaranya hilang begitu saja dengan berbagai macam alasan.

Hasil hitung cepat sementara ini menunjukkan hasil yang seimbang, tidak ada pihak yang menang mutlak. Bahkan perbedaan perolahan suara untuk kedua belah pihak kurang dari 1%. Suara masyarakat Bali terbagi dua dan hampir sama rata. Tapi aku penasaran dengan besarnya jumlah golput pada Pilgub 2013 ini, apakah jumlahnya lebih besar dari pada yang menggunakan hak pilihnya.

Harapanku kedepan, siapapun yang nantinya dinyatakan memenangkan Pilgub 2013 oleh KPUD Bali, semoga situasi Bali tetap aman. Pihak yang kalah mampu berlapang dada menerima kekalahan, tidak ada saling tuding yang berbuntut pada kerusuhan. Toh kalau memang benar tujuan menjadi Gubernur untuk memajukan bali, ketika tidak terpilih harusnya niatan itu tidak pudar. Tidak harus menjadi Gubernur kan untuk ikut memajukan bali?

Dan menurutku, siapapun yang memimpin Bali nanti, masa depan Bali tidak sepenuhnya ada di tangan Gubernur dan wakilnya. Masa depan Bali ada di tangan masyarakat Bali itu sendiri. Kita tidak bisa menggantungkan masa depan Bali hanya pada mereka yang duduk di pemerintahan. Mulai dari lingkungan sekitar, minimal tau siapa tetangga kita, sehingga data kependudukan tidak amburadul dan menekan jumlah penduduk liar yang mungkin saja menyebabkan munculnya tindak kejahatan suatu saat nanti.

Mohon tunggu...

Lihat Catatan Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun