Siang ini terasa begitu pengap, meski siang sebelumnya juga seperti ini. Aku dan teman-teman duduk di taman kecil, tempatku setahun terakhir menghabiskan lebih dari separuh hari-hariku. Satu gelas kosong air mineral dingin baru saja ku buang. Isinya cukup membuat tenagaku kembali pulih. “tetap jalan sendiri Boy?” tanya Jupri. Aku mengangguk senyum. Beberapa orang dari kami lebih memilih jalan sendiri ketimbang berdua atau bertiga. Termasuk aku. Sebuah Metromini lewat, dengan sigap Jupri dan seorang teman lain naik. Aku menunggu. Dua lainnya berlalu, aku tetap menunggu. Sudah dua hari aku tak bertemu dengannya, gadis riang dan manja. Nama seorang artis pujaanku rela kusematkan padanya, aku menamainya Vega, ya, Nadia Vega. Rambut lurus sebahu, helainya kadang jatuh mengurai di depan mata teduhnya. Kulitnya putih bersih, terlihat sangat cocok dengan balutan pakaian putih abu-abu yang ia kenakan. Ia mungkin setahun lebih tua dariku, jika ia duduk di kelas 12, berarti dugaanku benar, menurut hitungan rentang waktu pendidikan terakhirku. Siang terasa kian pengap, padahal siang sebelumnya juga seperti ini. Saat-saat pengap seperti inilah ia muncul, aku tahu, karena aku alami, aku ingati, aku hafali, dan aku kenangi. Mengagumi adalah anugrah, begitupun mencintai. Temanku pernah berkata, rasa itu tak pernah salah, yang salah waktu dan kondisinya. Menurutku berharap juga tak ada salahnya, meski itu hanya sampai pada harapan untuk bertemu lagi. “Blus, blus, blus...!!” Aku melompat sigap, tangan kiriku mantap memegang gitar. Ia ada di dalam, mataku tak pernah salah. Duduk bersama teman perempuannya, ia ceria, seperti sebelumnya. Kumantapkan niatku, sudah lima kali kami berada dalam Metromini yang sama, baru sekali ia menatapku. Satu jam lebih kusiapkan lagu ini, mungkin inilah tampilan terbaikku. Semoga ia berkenan. HHmmm...!! “Aku slalu bernyanyi lagu yang engkau ciptakan kau nyanyikan.. Dan aku slalu ikuti semua cerita tentangmu hari-harimu Kau jadi inspirasiku smangat hidup di saat aku sedih di saat aku senang saat sendiri dan kesepian kau bintang di hatiku ...” * “Ayo.. blus, blus, blus” kenek kembali berteriak Metromini melambat, aku melompat keluar. Tiga dari belasan pemumpang dalam Metromini memberikan uang receh gopeannya. Temannya termasuk. Ia sibuk menelpon... * Akhirnya siang di ruas jalan Panglima Polim ini benar-benar pengap, memang seperti ini sebelumnya. Dan selalu akan seperti ini. ___ Ojan Cipete, 20 Juni 2012 Ilustrasi gambar: musicrang.com lirik lagu: Bintang Hidupku by BIP
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H