Mohon tunggu...
Lentera Pustaka
Lentera Pustaka Mohon Tunggu... Pegiat Literasi dan Taman Bacaan

Pegiat literasi yang peduli terhadap gerakan literasi dan taman bacaan untuk pendidikan anak-anak kampung. Hanya untuk berbuat baik dan menebar manfaat melalui buku-buku bacaan. Bermukim di TBM Lentera Pustaka di kaki Gunung Salak Bogor, penuh komitmen dan konsistensi dalam berliterasi di akar rumpt. Penulis buku "31 Relawan Menulis untuk Literasi" dan "Efektivitas Tata Kelola Taman Bacaan". Salam literasi ya ..!

Selanjutnya

Tutup

Worklife

Hidup Tidak Tergantung atas Apa yang Dirusak tapi Apa yang Berani Dibangun?

29 April 2025   17:48 Diperbarui: 29 April 2025   17:48 17
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Driver motor baca keliling di kaki Gunung Salak (Sumber:TBM Lentera Pustaka)

Seorang kawan cerita tentang dirinya yang sedang kecewa, lalu meminta saran? Saya katakan, kecewa itu biasa. Semua orang pernah kecewa. Kecewa juga fakta, tinggal kita menyikapinya mau bagaimana? Mau kecewa terus atau move on untuk menjadi lebih baik.

Kehidupan yang dijalani siapapun tidak selalu berjalan seperti yang dikehendaki. Selalu ada pasang-surut. Hari ini berhasil besok gagal. Hari ini senang besok sedikit, begitu silih berganti. Maka kecewa selalu ada, entah karena ulah orang lain atau atas sebab diri sendiri. Rasa kecewa pasti muncul saat kita gagal melakukan sesuatu. Tidak berhasil mendapatkan sesuatu yang diinginkan, pasti kecewa.

Helen Keller pernah mengajarkan kita untuk tidak terlalu terjebak dalam kekecewaan atau kehilangan. Ketika sebuah "pintu" tertutup---entah itu kesempatan yang hilang, kegagalan, atau akhir dari sesuatu, kita sering terlalu fokus pada rasa sedih atau penyesalan, sehingga melewatkan peluang baru yang mungkin sudah ada di depan mata. Terjebak pada rasa kecewa yang berlebihan.

Tabir kecewa selalu ada pada setiap orang. Karenanya, siapapun penting memiliki perspektif yang terbuka dan fleksibel. Bersikap realistis dan melangkah pergi. Sebab kehidupan selalu penuh dengan perubahan, dan setiap akhir sering kali menjadi awal dari sesuatu yang baru. Dengan menerima apa yang sudah berlalu dan mengalihkan perhatian kita ke peluang baru, kita bisa menemukan jalan lain yang mungkin lebih baik dan lebih sesuai dengan tujuan hidup kita.

Jangan larut dalam kecewa. Karena the show must go on. Hidup terus berjalan dan keberanian untuk melihat ke depan adalah kunci untuk menemukan kebahagiaan yang baru.

Ada benarnya, kunci perubahan dan gairah hidup itu ketika memusatkan seluruh energi bukan melawan yang lama, tetapi membangun yang baru. Membuang jauh rasa kecewa dan masa lalu. Kata Socrates, perubahan hidup bukan datang dari kemarahan terhadap masa lalu. Tapi dari keberanian untuk membentuk masa depan. Terlalu banyak orang terjebak dalam dendam, rasa kecewa, penyesalan, dan amarah terhadap apa yang sudah terjadi sehingga seluruh energinya habis untuk melawan bayangan yang tidak bisa diubah. Terlalu meratapi masa lalu dan kekecewaan.

Kata Socrates lagi, untuk melepaskan beban masa lalu bukan dengan melupakannya. Tapi dengan memilih untuk tidak lagi diperbudak olehnya. Energi yang dihabiskan untuk melawan hanya akan melemahkan. Tapi energi yang dipusatkan untuk membangun sesuatu yang baru, pasti memberi harapan, kekuatan, dan jalan untuk tumbuh lebih luar biasa

Ketahuilah, hidup kita tidak ditentukan oleh apa yang telah rusak, tapi oleh apa yang berani kita bangun setelahnya. Perubahan bukan tentang melawan bayangan lama tapi tentang menyalakan cahaya baru. Jadilah literat!

Follow Instagram @kompasianacom juga Tiktok @kompasiana biar nggak ketinggalan event seru komunitas dan tips dapat cuan dari Kompasiana. Baca juga cerita inspiratif langsung dari smartphone kamu dengan bergabung di WhatsApp Channel Kompasiana di SINI

Mohon tunggu...

Lihat Konten Worklife Selengkapnya
Lihat Worklife Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun