Kemarin sore, saat matahari belum terbenam. Saya dan teman-teman ngopi sore. Ngobrol sana-sini, diskusi tentang masa depan dana pensiun di Indonesia. Tapi intinya, silaturahmi sambil ngopi-ngopi cantik sedikitlah. Silaturahmi saja. Karena kata orang pintar (tapi tidak masuk angin), silaturahmi itu penawar luka dan penguat semangat. Maka benar, saat silaturahmi, kita sebenarnya sedang berinvestasi dalam kebahagiaan dan kedamaian. Menjaga hubungan pertemanan saja.
Ada benarnya, jangan biarkan kesibukan menghalangi kita untuk menjaga silaturahmi dengan siapapun, teman atau keluarga. Karena ketika kita merawat silaturahmi, itu berarti kita sedang merawat kebahagiaan dalam hati. Silaturahmi itu cara paling sederhana membuang ego, menjauhkan arogansi, bahkan menghindari subjektivitas. Jadi, bila ada orang yang egois, arogan, dan subjektif sudah pasti dia jarang silaturahmi, jarang ngopi bareng.
Ngopi sore bareng teman itu bolehlah diartikan jangan hanya menjadi teman dalam nama. Tapi juga dalam perbuatan dan sikap yang baik. Ngopi bareng belajar menyingkirkan hal-hal yang terlalu personal, menjaga objektivitas pikiran dan sikap. Kan yang kita pikir belum tentu sama dengan yang orang lain pikirkan. Terus mau ngapain? Ya ngopi bareng saja. Apa-apa jangan dilihat terlalu personal, bila tidak mau menderita di belakangnya. Ngopi bareng saja biar asyik, biar happy. Ngopi bareng itu nggak perlu pangkat, jabatan atau kekuasaan. Hanya butuh kemauan dan nafsu ngopi, bukan nafsu lainnya.
Ngopi bareng aja dulu. Biar nggak baperan, biar tetap waras. Karena saat ngopi, berarti kita sedang menghargai diri sendiri, memberi hormat untuk diri sendiri. Agar tidak menyerahkan sepenuhnya jalan hidup kepada orang-orang yang tidak memahami dirinya sendiri. Ngopi aja dulu, biar nggak usah terlalu serius-serius. Semua udah ada jalannya. Kopi yang pahit saja masih digemari orang, apalagi kamu yang begitu hebat diciptakan Tuhan.
Ngopi bareng aja dulu, biar nggak baperan. Karena saat ngopi, kita makin tahu bahwa ilmu itu beda-beda. Kerjaan juga beda-beda. Bahkan keberuntungan pun beda-beda. Jadi, nggak usah membandingkan yang beda-beda. Tapi obrolin yang sama, nikmati yang ada. Di situlah, ngopi bareng diperlukan. Agar fokusnya pada yang sama, bukan yang beda. Ngopi bareng juga yang sering menyadarkan banyak orang. Bahwa menghargai diri sendiri itu lebih penting daripada terbebani oleh opini orang lain.
Kata orang Inggris, people don't see you as you are, they see you as they are. Orang itu tidak melihatmu sebagaimana dirimu, mereka melihatmu sebagaimana mereka melihat diri mereka sendiri.
Jadi, jangan kebanyakan kerja tapi lupa ngopi. Lebih baik seimbangkan waktu ngopi dengan waktu kerja. Karena di luar sana, banyak yang tersesat karena sudah lupa ngopi bareng. Sesat, karena sering baperan, sering pusing. Lalu lupa ngopi bareng, biar sehat dan menyehatkan. Salam literasi!
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H