Mohon tunggu...
Lentera Pustaka
Lentera Pustaka Mohon Tunggu... Freelancer - Pegiat Literasi dan Taman Bacaan

Pegiat literasi yang peduli terhadap gerakan literasi dan pendidikan anak di Indonesia. Hanya untuk berbuat baik dan menebar manfaat melalui buku-buku bacaan, salam literasi

Selanjutnya

Tutup

Pendidikan Pilihan

Antrean Paraf Kartu Baca di Taman Bacaan, Bukan Bikin Kartu Anggota

11 Januari 2025   05:46 Diperbarui: 11 Januari 2025   05:54 23
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Antre paraf kartu baca (Sumber: TBM Lentera Pustaka)

Saat berkunjung ke TBM Lentera Pustaka di kaki Gunung Salak, siapapun bisa melihat fenomena antrean anak-anak pembaca aktif yang meminta paraf "kartu baca" dari wali baca atau relawan. Iya, di TBM Lentera Pustaka tidak ada kartu anggota. Adanya karu baca.. Melalui kartu baca, bisa dicek anak yang rajin atau tidak membaca buku. Setiap anak pasti punya "kartu baca". Karena tidak boleh anak mengambil buku baru sebelum tuntas membaca satu buku dan kartu bacanya harus diparaf oleh wali baca/relawan. Kartu baca adalah alat kontrol tentang membaca atau tidak. Begitulah fungsi "kartu baca" di TBM Lentera Pustaka.

Berbeda dengan perpustakaan, biasa setiap orang untuk bisa membaca harus punya kartu anggota. Lalu dibuatkanlah "kartu anggota" sebagai syarat untuk bisa masuk dan membaca di perpustakaan. Walau akhirnya, bila sudah jadi anggota belum tentu membaca. Asal jadi anggota bisa masuk walau belum tentu membaca, begitulah faktanya. Justru di TBM Lentera Pustaka tidak ada kartu anggota. Tapi setiap anak pasti punya "Kartu Baca". Setelah membaca 1 buku, setiap anak anter untuk meminta paraf kartu bacanya. Seperti yang terjadi pada Jumat, 10 Januari 2025 sore di TBM Lentera Pustaka.

Mungkin, kartu baca hanya soal kecil di taman bacaan. Tapi dari kartu baca itu, bisa terlihat 1) seberapa intensif anak datang ke taman bacaan, 2) Tingkat kegemaran dan perilaku membaca buku anak, dan 3) jadi bukti dokumen tentang aktivitas membaca anak di taman bacaan. Dan mau tidak mau, wali baca/relawan yang membimbing pun harus memparaf aktivitas baca anak. Artinya, semua proses membaca dan aktivitas taman bacaan dapat dipertanggungjawabkan. Sebagai jawaban atas pertanyaan, bagaimana kita bisa tahu anak-anak itu membaca atau tidak?

Semua orang tahu, taman Bacaan memang bukan pendidikan formal. Maka sering dianggap kurang penting, bahkan relative diabaikan. Karena itu, taman bacaan harus kreatif dalam menerapkan system administrasi yang efektif lagi efisien. Perlu cara-cara yang terukur untuk mengukur efektivitas taman bacaan. Bukan hanya membaca doang tanpa bukti apa saja yang dibaca dan berapa buku yang tuntas dibaca? Maka dengan kartu baca, anak-anak pembaca aktif di TBM Lentera Pustaka saat ini mampu membaca 3-10 buku perlu minggu. Bahkan ada yang anak yang bisa membaca 10-20 buku per minggu. Sebagai bukti terjadinya perilaku membaca. Datanya bisa dilihat dari kartu baca anak masing-masing.

Kartu baca di taman bacaan, hanya soal membiasakan hal-hal kecil yang baik dan positif. Membaca buku itu bukan untuk jadi pintar atau hebat. Tapi membiasakan melakukan hal-hal kecil tapi efektif. Selalu memberi salam saat datang ke TBM, melatih cium tangan kepada orang yang lebih tua, menemani anak yang membaca, memparaf kartu baca, mengajarkan buta huruf, melatih adab dengan antre, membiasakan menabung, membuang sampah di tempatnya, dan lainnya. Itu semua hal-hal kecil yang ada di TBM Lentera Pustaka.

Tujuannya sederhana, agar anak-anak terbiasa membaca dari hal yang kecil-kecil. Karena sesuatu yang baik dan bermanfaat di taman bacaan, hanya dimulai dari yang kecil, yang sederhana, dan mau dilakukan secara berulang-ulang. Untuk apa mengejar hal-hal yang besar, tanpa mau menghargai hal-hal kecil? Salam literasi #KartuBaca #BacaBukanMaen #TBMLenteraPustaka

Kartu baca TBM Lentera Pustaka (Sumber: TBM Lentera Pustaka)
Kartu baca TBM Lentera Pustaka (Sumber: TBM Lentera Pustaka)

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Konten Pendidikan Selengkapnya
Lihat Pendidikan Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun