Dingin yang tak terucap di bibir relawan. Kami berdiri di sini, tanpa segelas kopi hangat. Hampir membeku pelan, tenggelam dalam celupan dingin. Seperti cerita-cerita yang mungkin kalian simpan tentang kami dulu. Ada yang melihat dengan teduh lagi harmoni. Selalu indah bersama dingin. Tapi, ada pula yang memandang kami dari kaca buram, menciptakan bayang-bayang yang bahkan tak pernah kami buat.
Terus terang, kami tak bisa mengubah apa yang ada di benak kalian. Yang kami tahu, kami adalah kami. Hanya segerombolan relawan di taman bacaan. Tenggelam dalam dingin di kaki gunung. Atas nama buku bacaan, atas nama cinta pada kemanusiaan. Tetap hidup, terus berjuang, dan tetap menjadi diri kami sendiri. Bukan untuk memuaskan dunia, tapi untuk menjaga apa yang benar dalam hati kami.
Kami berdiri seperti gunung. Tetap teguh berdiri, lalu berpegang pada hati yang kuat. Untuk eksistensi taman bacaan, untuk tegaknya literasi. Sekalipun di tengah terpaan rintangan yang menghadang. Berbekal komitmen dan konsistensi semata.
Di kaki gunung, kami belajar. Bahwa gunung memberikan jalan bagi yang bersungguh-sungguh. Begitu pula dalam hidup, keberhasilan akan datang bagi mereka yang tak kenal menyerah. Layaknya pendakian di gunung, tak ada jalan pintas menuju kesuksesan dalam kehidupan.
Dingin yang tak terucap di kaki gunung. Dari bibir relawan. Tak pernah bertanya seberapa tinggi harus tumbuh. Kami pun tidak tahu seberapa besar perjuangan menggapai cita-cita. Kami hanya tahu. Ikhtiar dan mengerjakan. Apa yang baik, apa yang bermanfaat. Harus ada tekad kuat dan semangat dalam mencapai tujuan hidup. Gunung pula yang mengajarkan, akan pentingnya kesederhanaan dan kerendahan hati.
Saat dingin yang tak terucap. Kami, relawan taman bacaan. Hanya tahu, taman bacaan bisa jadi jalan hidup. Ada atau tak ada cinta. Tapi jejaknya selalu bisa dirasakan. Hingga hawa dingin berubah hangat di hari esok. Tetaplah berjuang, tetaplah berdiri tegak. Ternyata, di balik dingin yang tak terucap di bibir relawan, masih ada sinar terang untuk membaca buku dan literasi. Seberkas cahaya yang ditaburkan relawan taman bacaan untuk sediakan akses baca.
Lalu, apakah kalian masih melihat kami seperti dinginnya air atau hangatnya kopi? Atau seperti bayang-bayang di balik punggung kalian? Semua jawabnya, ada pada kalian, bukan kami.
Dingin yang tak terucap di bibir relawan. Selalu mengundang sejuta makna, tanpa harus bicara cinta. Salam literasi #RelawanTBM #TamanBacaan #TBMLenteraPustaka
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H