Mohon tunggu...
Lentera Pustaka
Lentera Pustaka Mohon Tunggu... Freelancer - Pegiat Literasi dan Taman Bacaan

Pegiat literasi yang peduli terhadap gerakan literasi dan pendidikan anak di Indonesia. Hanya untuk berbuat baik dan menebar manfaat melalui buku-buku bacaan, salam literasi

Selanjutnya

Tutup

Filsafat Pilihan

Membaca Bareng, Cara Singkirkan Egoisme di Taman Bacaan

23 Desember 2024   07:01 Diperbarui: 23 Desember 2024   07:01 37
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Relawan berkiprah di taman bacaan (Sumber: TBM Lentera Pustaka)

Pembatalan pameran Yos Suprapto di Galeri Nasional itu contoh egoisme. PPN 12% pun bentuk nyata dari egoisme pemikiran untuk orang banyak. Membungkam orang lain tanpa menyediakan ruang untuk berbeda apalagi berpendapat. Ego-ego kolektif atau individu terbukti masih terjadi di sekitar kita. Egoisme itu ada dan sulit dihindari. Ketika seseorang atau negara, hanya memprioritaskan keinginannya sendiri.

Egois itu sifat yang hanya mementingkan diri sendiri. Tidak salah tapi harus dikendalikan. Karena siapapun yang egonya tinggi kerap bertindak semena-mena terhadap orang lain. Merasa paling benar, merasa paling tahu lalu seolah-olah semua keputusan si egois bisa diterima orang banyak. Itulah kesalahan terbesar egoisme.

Puncak egoisme yang paling parah, pada akhirnya ketika orang banyak pun membiarkan si egois bertindak. Bahkan sebagian orang "pergi" menghindar dari orang yang bertindak egois. Sangat mengerikan, bila orang atau organisasi, tidak lagi sadar berada pada level egoisme yang akut. Saat arogansi dan subjektivitas menjadi acuan dan dasar tindakan, bukan lagi pada upaya sinergi membangun peradaban.

Banyak orang lupa. Semakin besar sikap egois seseorang, maka semakin rasa cintanya. Menurut Erich Fromm, cinta itu harus melibatkan perhatian, empati, dan pengorbanan. Orientasinya kepada orang lain, bukan diri sendiri. Sementara orang yang egois hanya fokus pada kepuasan dirinya, tanpa peduli pada kebutuhan orang lain. Akibatnya, si egois gagal membangun hubungan yang bermakna dengan orang lain. Bahkan gagal menghargai dirinya sendiri dengan cara yang sehat. Maka siapapun yang dibesarkan dalam ego, pasti sulit bergaul luwes dengan banyak orang.

Egois itu penyakit manusia, dari dulu hingga sekarang. Karena egois, biasanya terlihat dari sikap cenderung menyalahkan orang lain, bukan mencari solusi dari masalah. Hanya orang yang egois yang tidak punya empati, bahkan anti kritik. Maka siapapun yang berbeda pandangan pasti anggap sebagai musuh dan layak disingkirkan. Karena egois mengajarkan pemiliknya fokus pada orang atau benda bukan pada tujuan. Dan yang paling berbahaya, si egois sama sekali tidak mau berbagi bila tidak ada untung buat dirinya. Apapun dan segalanya dikerahkan hanya untuk pikirannya yang arogan dan subjektif. Anehnya, circle-nya hanya bisa diam tanpa mau bersuara sikap egoisnya.

Berangkat dari realitas itulah, TBM Lentera Pustaka di kaki Gunung Salak Bogor menjadikan taman bacaan sebagai tempat "anti egoisme". Bukan hanya membaca buku secara rutin, tapi anak-anak diajarkan membaca bareng untuk berinteraksi sosial, toleransi, dan peka terhadap lingkungan sosialnya. Melalui membaca bersuara, senam literasi, bahkan jajanan kampung gratis menjadi ciri penting membangun semangat kesetia-kawanan dan gotong royong. Relawan yang saling bekerja sama dan berbagi peran. Peduli bukan hanya untuk diri sendiri tapi untuk orang banyak. Bahwa taman bacaan bertumpu pada sinergi dan kesejahteraan bersama sekalipun melalui buku-buku bacaan. Tidak boleh ada egoisme di taman bacaan, bil amau maju dan berdampak nyata untuk masyarakat.

Terbukti, egoisme siapapun tidak menjadikan keadaan lebih baik. Justru egoisme menjadikan banyak orang tidak produktif. Fokus yang beralih pada orang bukan pada tujuan besar organisasi. Maka siapapun punya tanggung jawab untuk menyuarakan bahaya dan dampak dari egoisme.

Maka singkirkan egoisme di mana pun. Hiduplah untuk orang-orang yang membutuhkan kiprah sosial kita, bertemanlah dengan orang-orang yang tanpa sikap egois, berbicaralah dengan orang-orang yang punya empati, dan akhirnya syukurilah orang-orang yang mampu menghargai keberadaan kita. Salam literasi #TBMLenteraPustaka #TamamBacaan #BacaBukanMaen

Relawan berkiprah di taman bacaan (Sumber: TBM Lentera Pustaka)
Relawan berkiprah di taman bacaan (Sumber: TBM Lentera Pustaka)

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Konten Filsafat Selengkapnya
Lihat Filsafat Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun