Mohon tunggu...
Lentera Pustaka
Lentera Pustaka Mohon Tunggu... Freelancer - Pegiat Literasi dan Taman Bacaan

Pegiat literasi yang peduli terhadap gerakan literasi dan pendidikan anak di Indonesia. Hanya untuk berbuat baik dan menebar manfaat melalui buku-buku bacaan, salam literasi

Selanjutnya

Tutup

Sosbud Pilihan

Setelah 7 Tahun Berkiprah di Taman Bacaan, Apa yang Dirasakan?

27 Juni 2024   09:48 Diperbarui: 27 Juni 2024   14:10 39
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Sumber: TBM Lentera Pustaka

Setelah berkiprah dan mengabdi 7 tahun terakhir di Taman Bacaan Masyarakat (TBM) Lentera Pustaka di kaki Gunung Salak, ternyata ketenangan hidup itu diperoleh ketika kita bisa berbuat baik dan menebar manfaat kepada orang lain. Sekalipun hanya menyediakan buku bacaan dan memotivasi anak-anak untuk terus membaca, ada ketenangan tidak ternilai yang dirasakan.

Jadi kurang tepat, bila ada yang menyatakan orang yang tenang hidupnya karena banyak hartanya. Kurang pas juga bila ketenangan hidup hanya diukur dari uang, pangkat atau jabatan. Ketenangan hidup itu tidak melulu soal materi atau fisik. 

Tapi bersumber dari batin-hati dan pikiran. Nah, saat berkiprah secara sosial dan mengabdi di taman bacaan itulah ternyata ketenangan hidup lebih dirasakan dan mampu diraih.

Saat membimbing anak-anak yang membaca, mengajar ibu-ibu buta huruf, mengajar calistung anak-anak kelas prasekolah, dan menjalankan motor baca keliling yang dilakukan pegiat literasi di TBM Lentera Pustaka semakin mengingatkan diri. Bahwa sejatinya ketenangan hidup diraih saat mampu berbuat baik dan bermanfaat untuk sesama. 

Sekaligus menegaskan, mau sehebat apapun kita, tetap saja bukan apa-apa dan tidak punya apa-apa. Sadar betul, segalanya dan sepenuhnya adalah milik Allah. Kita hanya "ketitipan" sementara saja.

Ada benarnya, orang yang paling tenang hidupnya bukan yang kuat fisiknya, bukan yang cerdas akalnya, bukan pula yang merasa sudah hebat dengan segala pencapaian dalam hidupnya. Justru yang paling tenang hidupnya adalah orang yang makin sadar dan merasa bukan siapa-siapa, tidak bisa apa-apa. Sedangkan apapun yang sudah diraih apalagi berupa materi semua karena pertolongan-Nya.


Ternyata, orang yang paling tenang hidupnya bukan yang paling sering komen di grup WA atau paling banyak update status di medsos. Bukan pula orang yang paling banyak relasinya atau banyak kenal "orang penting" dalam hidupnya. Tapi yang paling tenang hidupnya adalah orang-orang yang mampu mengatur waktu, kapan bersosial kapan bekerja. Orang yang tanpa pamrih berbuat baik dan menebar manfaat untuk orang lain sebagai cara untuk mendekatkan diri kepada-Nya. Begitulah yang terjadi di TBM Lentera Pustaka. 

Ketahuilah, bila hari ini, ada yang masih sering tertekan batinnya, kecewa hatinya, kacau pikirannya, dan gelisah kehidupannya, bisa jadi karena sudah terlalu banyak "merasa". Merasa pintar, merasa kaya, merasa hebat, dan merasa yang paling segalanya. Merasa punya, merasa tahu, dan merasa mampu. Hingga akhirnya, seolah-olah peran Allah dalam hidupnya sedikit sekali. Angkuh dan arogan dalam hidupnya.

Apapun keadaannya, sadarilah kita tetap bukan siapa-siapa, tidak punya apa-apa, dan tidak mampu melakukan apa-apa. Karena semua yang ada dan nampak pada diri kita hanya karena satu hal, sebab "kasih sayang dari-Nya, Allah SWT." Begitulah hidup yang tenang. Salam literasi #TBMLenteraPustaka #TamanBacaan #BacaBukanMaen 

Sumber: TBM Lentera Pustaka
Sumber: TBM Lentera Pustaka

Mohon tunggu...

Lihat Konten Sosbud Selengkapnya
Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun