Mohon tunggu...
Lentera Pustaka
Lentera Pustaka Mohon Tunggu... Freelancer - Pegiat Literasi dan Taman Bacaan

Pegiat literasi yang peduli terhadap gerakan literasi dan pendidikan anak di Indonesia. Hanya untuk berbuat baik dan menebar manfaat melalui buku-buku bacaan, salam literasi

Selanjutnya

Tutup

Humaniora

TBM Mintanya Rezeki yang Barokah, Bukan yang Banyak

26 Juni 2024   09:07 Diperbarui: 26 Juni 2024   09:15 44
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Sumber: TBM Lentera Pustaka

Terkadang, orang tertipu akan makna dari rezeki dan mengira besaran rezeki yang didapat bergantung dengan seberapa banyak uang yang dimiliki. Rezeki sering diukur dari banyaknya, bukan barokahnya. Maka tidak sedikit orang yang tertipu, lalu mengejar r zeki dari banyaknya. Pergi gelap pulang gelap untuk mengejar rezeki. Tidak salah, tapi belum tentu tepat. Karena rezeki bukan dari banyaknya, tapi dari barokahnya.

Maka ketika saya berdoa bersama anak-anak Taman Bacaan Masyarakat (TBM) Lentera Pustaka di kaki Gunung Salak Bogor, dengan tegas saya berdoa, "Yaa Allah berkahilah rezeki kami dan TBM Lentera Pustaka". Anak-anak pun meng-amin-kan.

Lalu salah satu anak TBM bertanya: "Kenapa Bapak tidak meminta, Yaa Allah berilah aku rezeki. Kenapa rezeki yang barokah?"

Salam bahasa sederhana pun menjawab: "Kamu tahu Nak, Allah itu sudah menjamin rezeki untuk setiap orang. Diminta atau tidak diminta, Allah kasih. Tapi buat kita, harusnya meminta rezeki yang barokah". 

Ketahuilah, setiap orang yang dilahirkan sudah lengkap dengan rezekinya masing-masing. Maka rezekinya pun tidak akan tertukar. Tinggal jemput dengan ikhtiar dan doa. Maka cari berkah-Nya dari rezeki itu dengan cara yang halal. Karena jaminanya, "Dan berapa banyak binatang yang tidak dapat membawa (mengurus) rezekinya sendiri. Allah-lah yang memberi rezeki kepadanya dan juga kepadamu dan Dia Maha Mendengar lagi Maha Mengetahui." (QS. Al-Ankabut: 60).

Kenapa TBM Lentera Pustaka meminta rezeki yang barokah. Karena rezeki yang barokah itu pasti bermanfaat dan mampu mengundang rezeki yang lainnya. Apabila rezeki itu berupa uang, maka Allah akan menambah dan memperbanyaknya. Apabila rezeki itu berupa taman bacaan, maka Allah akan mengurus keperluannya. 

Apabila rezeki itu berupa harta maka Allah akan jadikan untuk memperbaiki akhlaknya. Apabila rezeki itu berupa kesehatan, maka Allah akan membuatnya untuk beramal. Apabila rezeki itu berupa teman, maka Allah akan menjadikan teman dalam kebaikan. Apabila rezeki itu berupa hati, maka Allah akan membuatnya tenang dan bahagia. Dan seterusnya, begitulah rezeki yang barokah. 

Rezeki itu pasti tidak barokah. Bila rezeki yang dimiliki justru tidak membuat orangnya lebih dekat kepada Allah. Punya uang tapi tidak mau beramal bahkan tidak mau membantu orang-orang membutuhkan. Uang dan hartanya tidak bermanfaat untuk orang lain, selain hanya untuk dirinya sendiri sambil untuk pamer dan gaya hidup. Rezeki yang dicari siang-malam dan dikasih Allah justru dipakai sekadar untuk memenuhi kebutuhan pribadinya. Bukan digunakan di jalan Allah. Di mana barokahnya rezeki itu?

Alhamdulillah, rezeki TBM Lentera Pustaka tergolong barokah. Selalu mengalir terus menerus dan mengundang rezeki lainnya. Mulai dari donasi AAI Perancis, Bank Sinarmas, DPLK Bikers, hingga orang baik yang rutin berdonasi ke TBM Lentera Pustaka berupa uang. Belum lagi event yang digelar perusahaan/komunitas di TBM Lentera Pustaka seperti dari: Bank Sinarmas, Perpusnas RI, Telkom Community, teman sekelas yang menyumbang sapi dan kambing qurban, kaos anak-anak TBM, buku-buku bacaan dan sebagainya.

Anak-anak pembaca yang baru gabung bertambah, wali baca dan relawan tetap konsisten dan aktivitas TBM berjalan lancar. Alhamdulillah, rezeki yang barokah. Bermanfaat dan mampu mengundang rezeki-rezeki lainnya. 

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun