Entah kenapa, saat memandang gunung. Banyak orang ingin menaklukkannya. Sejatinya, siapapun yang dekat dan mendaki gunung justru sedang menaklukkan dirinya sendiri. Menaklukkan ego dan arogansi pada dirinya sendiri.Â
Jangan pernah bertekad menaklukkan gunung. Nikmati saja panorama gunung yang indah. Dari atas gunung, siapapun bisa melihat indahnya matahari terbit bahkan lingkungan sekitar. Sambil bertafakur dan bersyukur, betapa besarnya anugerah Allah SWT kepada hambanya. Betapa hebatnya alam semesta yang disediakan untuk kita.Â
Gunung dan semua yang diciptakan Ar-Rahman. Langit, matahari, bulan, dan bumi tempat kita berpijak. Dijadikan sebagai hamparan untuk kita. Agar memberi hikmah dan pelajaran. Tentu bagi yang menggunakan akal pikiran dan memiliki hati. Bahwa kita, bukan apa-apa dan bukan siapa-siapa di muka bumi. Selain untuk mengabdi kepada-Nya. Karena gunung dan alam semesta adalah bukti akan kebesaran Allah SWT. Manusia itu kecil lagi lemah bahkan tidak mampu apa-apa tanpa pertolongan-Nya.
Maka nikmatilah panorama gunung untuk melatih syukur. Jangan pernah menaklukkan gunung, tapi taklukan diri sendiri. Agar tidak lagi angkuh dan egois. Perbanyak berbuat baik kepada sesama dan tebarkan manfaat dimana pun berada. Jangan isi hari-hari dengan keluh-kesah dan sikap pesimis. Seperti orang yang mendaki gunung pun dilarang untuk melihat ke bawah, apalagi menengok ke belakang. Ayunkan langkah kaki dan pandanglah ke depan dengan optimis.Â
Dekati gunung agar bisa melihat dunia, menerima realitas. Dan saat di dekat gunung, siapapun bisa belajar. Bahwa tidak semua hal di dunia ini harus dipikirkan dan dapat dijelaskan secara rasional. Terkadang kita disuruh menikmati dan menjalaninya. Itulah pelajaran dari TBM Lentera Pustaka di kaki Gunung Salak Bogor. Salam literasi #TBMLemteraPustaka #FilosofuGunung #BacaBukanMaenÂ
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H