Tak banyak yang bisa kuceritakan dalam hidup,
mungkin tak ada kisah yang bisa kuceritakan, 21 tahun lalu aku lahir didunia, entah siapa yang melahirkanku. mungkin aku terlahir dari batu atau jatuh dari langit...
Ya, langit memang selama ini aku percayai sebagai ibuku. karena hanya itu yang kutahu, dari para pengumpul sampah ibu kota yang tiba-tiba menemukan bayi yang tiba-tiba muncul ditumpukan sampah seperti jatuh dari langit.Â
Oleh mereka hidupku dimulai, bergantian memberiku apa yang mereka punya, mulai air gula, air santan, air teh bahkan bir murahan yang mereka tenggak tiap malam untuk melupakan pahitnya nasib, dan bisa ditebak dari mereka pula joko anak langit namaku beraal, tapi mereka lebih akrab menyebutku langit.
Entah kenapa, setelah 21 tahun hidup aku baru bertanya tentang hidup, hidup yang mereka jalani, hidup yang aku jalani, dan kenapa kita hidup kalau tuhan yang menghidupkan kita dan memerintah kita beribadah bahkan tidak butuh kita. ditengah tumpukan sampah dan tumpukan pertanyaan ini, tiba-tiba aku melihat sebuah mobil mewah warna hitam tiba-tiba berhenti tergopoh. Lalu 2Â orang berjaket hitam keluar sambil mengangkat sesuatu yang terbungkus plastik, sesuatu yang cukup berat sehingga harus diangkat berdua oleh lelaki bertubuh kekar.Â
Terusik aku untuk mendatangi mereka, melihatku berlari kearah mereka, sontak mereka melempar benda yang digotongnya dan mencoba mengambil sesuatu dari balik punggung mereka. Ah, sial aku tak apa yang terjadi, tiba-tiba sebuah benda kecil panas menembus lengan kiriku, aku terjatuh. Dengan sisa tenaga kudatangikantog plastik besar yang mereka buang.Â
Tersentak aku saat melihat sesosok wanita yang terbungkus plastik, dia masih hidup, lalu semua gelap...
Â
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H