Mohon tunggu...
lentera di bukit jimbaran
lentera di bukit jimbaran Mohon Tunggu... profesional -

lahir di jakarta, tumbuh, malang melintang dalam kehidupan metropolis jakarta dengan segala hiruk pikuknya dan ketika orde baru tumbang lalu hijrah ke Bali, sampai sekarang. senang menulis apa saja, mengolah kata-kata menjadi kalimat-kalimat dan paragraf, selain untuk ungkapkan rasa dan pikir, juga dalam rangka karsa-nya sebagai lentera, berbagi terang yang menghangatkan kepada sekitar. saat ini masih tetap berproses menjadi \\\"manusia yang adaptable, understanding, dan rahmat bagi alam semesta\\\".

Selanjutnya

Tutup

Catatan

selir hatimu

3 Juni 2012   10:52 Diperbarui: 25 Juni 2015   04:27 1050
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Memahami 'cinta' kita yang sedang sementara beralih perhatian, dengan kesadaran; mungkin saat ini dia butuh 'teman'. Nah, pelajari karakter 'teman'-nya itu, sehingga kita tau, kenapa 'teman' itu menyenangkannya. mungkin karakter itu gak ada di diri kita, atau kalo udah ada, mungkin dia aja yang sedang jenuh. itu wajar menurut gue, kejenuhan itu pasti ada. jadi, jangan menyerah dan impulsif. cuekin, bersenang2 dengan diri lo, dengan anak2 lo, terima dia terus seperti gak ada apa2. gue yakin dia sebetulnya sadar, dia punya yang lebih istimewa, yakni anak2 dan ibunya anak2. kalo hatinya lagi 'adem', komunikasikan, minta maaf, katakan bhwa selama ini perhatian lo lebih ke anak2, bukan ke dirinya. Itu bisa lo lakukan kalo hati lo sendiri mau maafkan kenapa dia bisa begitu.

Teman, lo pasti lebih paham dia kan, daripada 'teman'nya?, sebab lo lebih lama hidup dengan dia. memahami dan memaafkan, membuat lo bertindak rasional, bukan emosional.

W: thanks banget say..., gue memang mencoba untuk memahami mungkin saja kejenuhan sedang melanda hubungan yang selama ini terjalin dengan harmonis, tapi kadang kala tetap aja gue merasa cemburu sekaligus iri tatkala kita tau bahwa yang di sana jauh lebih muda dan pastinya menyenangkan, lebih fresh untuk dipandangi dan dilihat, yang tawanya manja menggelitik hati, yang tatapannya pasti membuat mata tak ingin berpaling. Kalau sudah begitu, bisa apa diri ini? Tak ada perasaan yang bisa menggambarkan betapa hati begitu nestapa. gue mencoba untuk tidak perduli dan berusaha untuk tidak tahu apa2 bahkan bersikap seolah tak ada rasa "cemburu" tapi gue cuma manusia yang terlahir sebagai wanita. Yakin dia tak akan pernah meninggalkan, tapi untuk apa kalau saat ini yang sedang mendominasi pikirannya bukanlah gue?

Mungkin fase ini memang harus tetap gue jalani dan tuhan tau kemampuan kita menjalaninya. Tetapi jangan bosan kasih gue spirit ya say.... buat gue, lo itu wanita yang begitu tegar tanpa meninggalkan kewajaran. justru dalam setiap kewajaran lentera itu, sesungguhnya tersimpan ketegaran yang tidak semua wanita memilikinya.

L: teman, kehidupan keluarga dan cerita teman-teman sekolah dan kuliah dulu tentang orang tua kita, yang bikin gue banyak belajar.

Yang tau bener hati lo adalah lo sendiri. Nah, jika masih ada cinta dan sayang di hati lo buat dia, "bukan didominasi api cemburu", maka yang dia lihat adalah cermin hati lo dari mata lo dengan pancaran cahaya itu. Yang terlihat dari gerak-gerik lo pasti kemanjaan, perhatian, seperti waktu 'cinta' itu pernah menyala. Lo pasti ingin manjain dia, layani dia, nyenengin dia. Gitu, kan perlakuan orang ke orang yang dicintai? Atau, lo bisa libatkan anak2, untuk mengenang momen2 indah kebersamaan dulu, itu lebih jitu. misalnya jalan2, atau cetusan2 spontan pas lagi ada dia; 'dek, dulu waktu kamu bayi papa kamu suka gendong kamu dan paling seneng gelitiki", dll. Ah, teman, gue yakin lo bisa improvisasi deh.

Gue baru baca juga di satu majalah wanita, "Dalam pernikahan yang dewasa, kita menyadari bahwa kita tidak selalu harus jatuh cinta satu sama lain. Namun, pernikahan yang dewasa memampukan diri kita ketika kita tidak saling mencintai, untuk tetap bersama sampai kita kembali saling mencintai". (Judith Viorst dalam bukunya Grown-up Marriage)

W: Sungguh gue terharu atas segala suntikan semangat juga saran2 yang mampu menjernihkan titik pandang gue saat ini, memang banyak yang bisa kita lakukan untuk memperbaiki semuanya demi segalanya.

Lentera, thanks for all have you done to me, I proud of you.... Always keep your spirit for you give to all.

------

Begitu rangkaian thread inbox gue. Loh, apa kaitannya dengan lirik lagu pengantar kisah ini?

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Catatan Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun