Ini tentang kembali, berbicara kembali yang ditekankan disini adalah merupakan pengalaman hidup seorang pemuda yang ingin kembali pada hati seorang gadis yang dulunya dia kenal masih merupakan gadis yang baik hati, selalu mengerti, welas asih, dan lembut hatinya. Satu kesalahan pemuda ini yang begitu berat yang harus ditanggungnya sampai saat ini adalah pemuda tersebut melepasnya dengan sangat sadis, sadis. Sadis tanpa pertimbangan tanpa pikiran jernih, dengan hati yang panas, dengan emosi yang membara dengan sikap yang begitu berbeda sang pemuda ini dengan lantangnya melepas sang gadis tanpa mau tau pembelaaan sang gadis yang lidahnya telah beku dengan shok terapi, dengan sikap yang berada diluar nalar si gadis, tanpa gejala yang pasti dan tidak diprediksi, sang gadis menitihkan air mata dan berpasrah bahwa memang itu tidak dapat terelakkan lagi.
Semilir angin kembali menerpa sang pemuda yang telah jernih pikirannya, adem hatinya, emosi yang sudah dijinakan, sang pemuda kembali berfikir apa yang telah dilakukan dalam beberapa menit telah mengakhiri peluang seumur hidupnya, sang pemuda kembali bertanya pada dirinya, apa yang membuatnya tega mengeluarkan kata akhir pada sang gadis yang telah bersedia memberikan hidupnya untuk sang pemuda dan untuk kebersamaan. Sang pemuda menangis, ya menangis, air mata yang mengalir dari sang pemuda ini adalah air mata kejujuran penyesalan yang tidak dapat membayar penyesalan yang begitu besar, sehingga sang pemuda ini harus berfikir lebih lagi apa yang bisa diperbuatnya untuk kembali pada si gadis, ya kembali, kembali menjalin komitmen yang telah terjalin lama, kembali untuk mengisi hati yang telah terbiasa dengan si gadis, kemabali untuk mengambil sisa kepingan cinta yang saling dimilki, kembali membuat nasi menjadi bubur dan dinikamati bersama, bukan malah ditumpahkan, kembali membuat persaingan dalam sebuah kompetisi cinta, kembali memberi dan meminta, kembali dan selalu ingin kembali, kembali, kembali.
Satu hanya satu yang lupa dipikirkan sang pemuda, hanya satu konsekuensi yang harus diterima sang pemuda, hanya satu yang harus diterima sang pemuda, yaitu adalah perbedaan. Sesuatu yang pernah ditinggalkan ataupun pergi, meskipun kembali, itu takkan pernah sama lagi, sang gadis memang masih cantik fisiknya tapi hati nya telah menjadi sedingin es karena rindu, perhatian dan kasih sayang yang selalu terabaikan, menjadi penuntut yang absolut karena menerima selalu tertindas, dan yang paling penting jiwanya sudah menajadi sadis karena kehidupan sendiri yang terabaikan secara tak sengaja terjungkal dalam lubang balas dendam. Apa yang pemuda itu tidak lihat harus segera dirasakan oleh sang pemuda, apa yang dulu pernah kau campakkan kau harus merasa dan menderita, dulu aku yang memberi sekarang kamu harus meminta, kalu perlu kau harus mengemis, buang jauh-jauh harga dirimu, jilat ludah mu dalam sepanjang umurmu, kalau perlu jilat sekalian telapak darahku yang dulu selalu kau campakkan luka ini. Seperti tersudut tanpa kawan seperti pembela tanpa pembelaan, seperti kesatria tanpa senjata, seperti raja tanpa tahta dan mahkota, sang pemuda harus membunuh harga dirinya untuk kembali kepada sang gadis dengan harapan sang gadis kembali, akan kembali seperti sedia kala, seperti saat pertama berjumpa.
Naif, naif memang sang pemuda itu, naif memang sang pemuda yang dulu merasa berkuasa sekarang menjadi pecundang cinta, satu kesalahan fatal yang membuat dunia nya harus berakhir dengan perjuangan tanpa batasan. cinta yang dulu dikira manis, sekarang menjadi pahit sepahit buah maja. bagai makan buah simalakama bila sang pemuda berhenti berjuang, dia dianggap tidak bisa berjuang dan menjadi pecundang seumur hidup, dia tidak mempunya kesempatan lagi untuk kemabli kepada sang gadis. ah sudahlah dari penjabaran segitu banyaknya hanya sedikit keluh kesah dari kisah nyata sang penulis yang kini sedang berjuang untuk kembali memiliki sang gadis yang telah berubah sedikit hatinya kepada sang penulis. Sajak rindu sang penulis "LA".
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H