Pandemi telah merubah segalanya, merubah tatanan di semua sektor kehidupan, baik formal maupun non formal. Pada awalnya banyak hal di tunggu untuk kembali kepada normalitas aktifitas  kehidupan sehari-hari, namun pada kenyataannya semua harus berjalan mengikuti perubahan yang terjadi karena pandemi.
Setelah kurang lebih 2 tahun berjalan dan mulai menjadi kebiasaan baru, pagi ini tampak euforia berbeda di beberapa titik tertentu, Pada sebagian daerah yang telah memenuhi standar keamanan penyebaran Covid-19 mulai di ijinkan mengadakan kegiatan  yang mengumpulkan masa dengan menerapkan SOP dan protokol kesehatan yang telah di tetapkan oleh pemerintah daerah setempat tentunya, termasuk di sekolah, mulai di ijinkan pembelajaran tatap muka terbatas.
Euforia pagi ini sungguh tampak luar biasa terlihat dimana mana..
Imbasnya jalanan menjadi macet di beberapa titik atau lebih tepatnya di depan beberapa  sekolah, khususnya sekolah Dasar yang berada di tepi jalan besar
Dahulu....
Fenomena seperti ini  pernah kita rasakan setiap tahun ajaran baru, dimana orangtua siswa baru ingin melihat anaknya menggunakan seragam baru, berada di lingkungan baru dan dengan kegiatan baru pada jenjang pendidikan di atasnya
Hari ini seperti Dejavu....
Di depan beberapa sekolah yang terlewati penuh dengan pengantar yang sepertinya bukan hanya di lakukan oleh siswa baru-nya saja, melainkan para siswa  yang sudah berada di tingkat atasnya, yang biasanya orang tua hanya memastikan anaknya masuk ke gerbang sekolah, pagi ini pun turut menjadi penggembira di sekolah.
Tidak dapat kita pungkiri bahwa  pembelajaran tatap muka terbatas sesuatu momen yang di rindukan oleh ribuan anak dan orangtua.
Anak anak yang sepanjang 2 tahun ini menjadi kaum rebahan dengan di temani gadget mereka sangat  merindukan guru dan teman temannya. Sementara para orangtua yang sudah lelah dan mungkin sudah banyak yang menyerah menjadi guru untuk mereka  sudah merindukan rutinitas paginya dengan mengantar anak kesekolah.
Namun ada satu hal yang terlupakan dari pemandangan pagi ini...
Salah satu poin ketentuan Pembelajaran Tatap Muka Terbatas adalah  berada di sekolah maksimal 2 jam untuk jenjang pendidikan dasar.
Hal ini  membuat orangtua mungkin enggan meninggalkan anaknya atau  lebih tepatnya mungkin malas jika harus mondar mandir dan akkhirnya memutuskan tetap memilih menunggu sampai selesai pembelajaran. Akhirnya apa yang terjadi mungkin diluar perhitungan kita semua.
Di depan gerbang sekolah nampak kerumunan dengan dalih menunggu anak yang selanjutnya di susul dengan bermunculan para pedagang keliling yang siap menemani mereka selama menunggu anak sekolah. 2 jam bukan waktu yang sebentar untuk penyebaran wabah yang masih belum tuntas.
Bisa di bayangkan bukan ? Para orangtua menunggu anak sekolah, berkerumun sambil menikmati jajanan yang otomatis memaksa membuka maskernya di tambah saling bertukar cerita.
Tatanan baru itu akan terus menjadi kebiasaan apabila tidak cepat di cari solusinya.
Setiap kebijakan selalu ada efek domino atau reaksi berantai setiap peristiwa, namun dari fenomena pagi ini semoga segera menyusul kebijakan baru untuk mengatasi dan mencegah imbas yang tidak dinginkan ke depannya.