Saat ini, jika berbicara tentang keuangan minus yang sering membuat cara berpikir seseorang ikut minus. Apalagi di masa pandemi, masa yang serba sulit seperti sekarang, banyak yang mengaku penghasilannya menurun hingga berpengaruh terhadap psikisnya.
Diperkirakan Jutaan Orang Indonesia mengalami depresi, dan hanya  sebagian kecil yang berobat. Artinya, masih banyak dan tidak aware dengan mental healt.Â
Merasa dirinya baik-baik saja, padahal tidak. Menyebabkan angka depresi di Indonesia naik. Padahal kesehatan mental itu sangat berpengaruh pada pola pikir, perasaan, hingga perilaku.
Memiliki banyak uang tidak bisa dijadikan sebagai indikator bahagia bagi seseorang.
Ada juga yang masih mengalami depresi meskipun hidup dengan banyak uang / bergelimang harta. Misalnya, tertalu takut bisnisnya bangkrut karena masa resesi, terlalu takut rumah tangga tidak harmonis karena pasangan selalu sibuk berbisnis, terlalu takut uang hasil kerja kerasnya dikorupsi orang kepercayaan, dll.
Ketahuilah, Jika psikis sehat, maka fisik pun akan ikut sehat. Ketika keduanya sehat, baik fisik atau psikis, maka akan lebih mudah menghadapi masa sulit seperti sekarang ini.Â
Pasalnya, dengan pikiran yang jernih, bisa dengan mudah mengatahui apa yang harus dilakukan. Jika pikiran segar, akan tahu kalau semua masalah pasti sepaket dengan solusinya.
Salah satu indiaktor sehat mental adalah bahagia. Menjadi bahagia tidak harus memiliki banyak uang, tidak harus memiliki semua yang diinginkan, tidak harus dicintai oleh banyak orang, tidak harus menunggu pengakuan orang lain.
Tapi bahagia itu adalah pilihan. Mau bahagia menghadapi kondisi sulit ini? Atau bersedih meratapi keadaan?
Salah satu cara bahagia agar mental sehat adalah sering bersyukur. Bersyukur karena diberi kesehatan, bersyukur bisa selalu berkumpul dengan keluarga, bersyukur masih punya rumah meski kecil, intinya bersyukur atas semua yang telah kita miliki, yang telah Allah anugerahkan kepada kita.
