Di Ujung Senja Rantau
Oleh Leni Marlina
Di ujung senja, aku dirangkul perantauan, Â
Namun rinduku mengakar dalam tanah yang resah, Â
Ranah Minangkabau, kampung yang selalu kuimpikan, Â
Di sanalah jiwaku berbisik, memohon untuk pulang.
Angin kota menghembus dingin di wajahku, Â
Namun dalam hatiku, gemericik sungai bernyanyi, Â
Aku ingat langkah kecilku melukis jejak di lumpur basah, Â
Kini hanya bayangan itu yang menari di pelupuk mataku.
O, tanah kelahiranku, wangi rendang menggelitik, Â
Dalam dapur ibunda yang tak pernah lelah membuai, Â
Adat yang berbisik dalam bahasa angin dan api, Â
Menyelimuti malamku dengan cinta yang tak lekang.
Saluang mendayu di tengah hiruk pikuk kota, Â
Mengetuk pintu hatiku yang menggelora bagai gelombang, Â
Memanggilku pulang, pulang ke Bukit Barisan, Â
Di mana Marapi, sang raksasa, berjaga dengan tatapan lembut.
Dalam keheningan malam yang merangkak perlahan, Â
Aku kumpulkan rindu seperti bunga-bunga malam, Â
Doa-doa kupanjatkan pada bintang yang bersinar samar, Â
Agar langkahku kembali menyusuri jalan kenangan.
Ranah Minangkabau, engkau pelukan bumi yang hangat, Â
Di sanalah mimpiku berakar dalam tanah yang subur, Â
Setiap langkahku, setiap nafasku, adalah janjiku, Â
Untuk pulang, kembali ke pangkuanmu yang merindu.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H