"Ayo kita ke mana..." begitulah biasanya anak muda ketika lagi nggak punya beban dan pekerjaan. Bosan juga hanya duduk dan tidur-tiduran di kos pada saat itu; sekitar sepuluh tahun silam. Maka saat weekend, untuk mengusir rasa jenuh, kami meluncur ke arah Magelang.
Apa yang bisa dilihat di Magelang? Tentu saja ada Borobudur. Tapi rasanya candi bukan destinasi yang tepat untuk kami saat itu. Selain sudah pernah ke sana, bujetnya nggak cukup untuk membayar tiket masuk hahaha. Nah, setelah browsing sebentar, kami memutuskan untuk mengarahkan kendaraan ke sebuah desa wisata. Saya benar-benar lupa tepatnya nama desa itu.Â
Dalam bayangan kami, ada yang menarik nih yang bisa kami nikmati di sana. Eh, pas nyampe ternyata sepi. Nggak mau menyerah, kami muterin desa itu sebentar. Lalu, kami bertemu seorang penduduk lokal, yang menegur kami dengan ramah, mungkin karena melihat gelagat kami yang bingung. "Mau ke mana?"
Setelah menjelaskan maksud kedatangan kami, bapak ini menjawab, "Nganu, harusnya tadi kasih kabar dulu. Biar kami bisa menyiapkan segala sesuatunya dengan baik." Wah, begitu ya. Kami segera pamit karena kunjungan itu sebenarnya spontan aja, hasil dari kegalauan mencari tujuan melepas penat.
Sebelum kami pergi, bapak ini menjelaskan bahwa pada waktu-waktu tertentu, desa wisata itu mengadakan acara yang meriah. Kalau pas kami datang sih, penduduknya sedang beraktivitas seperti biasa. Ya begitulah, mereka juga perlu bekerja atau mengurus rumah tangga.Â
Walaupun tampaknya zonk, sebenarnya pengalaman itu menurut saya luar biasa. Kami mendapat banyak pelajaran dari perjalanan singkat ke desa wisata. Juga pemahaman sederhana mengenai makna desa wisata tersebut. Karena itu sudah lama sekali, saya nggak menyimpan dokumentasinya. Saat itu, ponsel juga bukan barang bak kacang goreng seperti hari ini.Â
Sebagai gantinya, saya posting foto yang mewakili salah satu rangkaian acara tradisi tahunan yang diadakan di kawasan Gunungkidul, yaitu Bersih Dusun. Warga setempat juga menyebutnya: rasulan. Malam hari, suasana desa sangat meriah karena kedatangan penari ledhek, yaitu seorang wanita yang didaulat untuk mempertunjukkan tarian dalam kesenian tayub.Â
Desa ini memang belum dinobatkan menjadi desa wisata, tapi bila potensinya dikembangkan, bisa jadi akan menjadi salah satu destinasi bagi mereka yang ingin menikmati kebudayaan yang dibalut dengan kesederhanaan. Harapannya, Adira Finance terus mendukung potensi desa sehingga desa bisa menyelenggarakan Festival Kreatif Lokal. Selain itu, Desa Wisata Ramah Berkendara akan membuat pengunjung lebih mudah mengakses destinasi tersebut.