Aku belajar tersenyum di usia lanjut,
Baru setahun ini aku merasakan
Bagaimana nikmatnya tersenyum,
Senyum yang sesungguhnya,
Senyum yang muncul dari hati,
Yang mengembang karena dorongan jiwa,
Senyuman yang baru kunikmati sensasinya..
Dan ini kudapat darimu,
Pelajaran paling dasar yang justru kuterima paling akhir..
Bagaimana sebuah senyum dapat membuka sebuah dunia yang selama ini terkunci,
Sebuah dunia yang berada di kedalaman hati,
Bagaimana dunia yang tak tampak itu seolah membuka, menyambutku dengan butiran sinar yang berkerlap kerlip…
Dan ini kudapat darimu,
Sebuah senyum yang membuka misteri tentang bagaimana menyimpan sebuah rahasia besar,
Merahasiakan dirimu dalam benderang dunia…
Dan itulah yang membuat senyumanku menjadi sebuah anugerah..
Anugerah yang sungguh-sungguh kunikmati menjelang kembali ke bumi..
Bagaimana sebuah senyum dapat memberikan kebahagiaan bagiku,
Bagi orang sekelilingku,
Bagaimana sebuah senyum mampu mendinginkan, menyejukkan, membuat segalanya begitu ringan, tanpa beban..
Sungguh, aku sangat berterimakasih padamu,
Yang mengajariku tersenyum dari hati,
Senyuman yang membawa serta serpihan cinta yang selama ini terkubur tanpa batu nisan..
Senyuman yang memberi rona kemerahan di puncak pipiku,
Senyuman yang diiringi debar jantung yang membuai..
Dan alasan dibalik semua itu adalah.
Ketulusan hatimu yang redha atas diriku,
Menerima adanya diriku,
Seutuhnya…
Aku merasa sangat berharga dimatamu…
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H