Mohon tunggu...
pelangi
pelangi Mohon Tunggu... Marketing -

Warna yang melukis wajah saya

Selanjutnya

Tutup

Humaniora

Surat Terbuka Untuk Ahmad Dhani

23 Maret 2016   19:29 Diperbarui: 23 Maret 2016   19:32 297
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Humaniora. Sumber ilustrasi: PEXELS/San Fermin Pamplona

Yang saya Hormati Mas Dhani

Dimanapun Entah Berada,

Mengawali coretan tidak berguna ini saya ingin memberitahu kepada mas Dhani bahwa saya adalah penggemar karya-karya mas Dhani. Saya masih sangat ingat waktu saya SMP, disaat saya mulai beranjak remaja dan mulai menyukai mendengarkan musik, lagu Roman Picisan adalah lagu pertama yang paling saya sukai. Dari sana saya menyukai semua karya-karyanya mas Dhani. Bahkan dibuku pelajaran sekolah, saya sering menggambar bentuk jantung hati bersayap mirip dengan cover kaset album Bintang Lima. Pupus, Cemburu, Dua Sejoli, dan masih banyak lagi lagu-lagu yang saya kemudian sukai. Mungkin banyak yang tidak menyukai mas Dhani secara pribadi (saya harus akui saya juga demikian), tapi saya orang yang membedakan antara pribadi dan karya, dan sampai sekarang saya tetap mengagumi karya-karya mas Dhani.

Sekarang ini saya menyaksikan dan juga membaca dibeberapa media online bahwa mas Dhani mengikuti jejak beberapa artis untuk masuk ke dunia politik. Tidak tanggung-tanggung mas Dhani mau mengikuti penjaringan sebagai bakal calon Gubernur Jakarta. Mas Dhani sudah mulai bermanuver untuk mencari dukungan, menemui tokoh-tokoh berpengaruh, ikut berkomentar mengenai kebijakan pemerintah, bahkan mas Dhani ikut berperan menenangkan warga Kalijodo ketika hendak digusur, dan saya mengapresiasinya. Sebagai warga negara, mas Dhani berhak untuk mencalonkan diri tentunya, saya juga tidak hendak melarang, lagi pula saya juga bukan warga Jakarta. Saya hanya pendatang yang mencari seperikuk nasi di Ibu Kota.

Terus terang akhir-akhir ini saya merasa terganggu dengan komentar-komentar mas Dhani yang sudah mulai berbau SARA, dugaan tanpa menghadirkan bukti, yang ujung-ujungnya bernilai provokasi yang memiliki potensi memecah belah masyarakat. Kritik-kritik mas Dhani cenderung lebih bernada mencela dan merendahkan tanpa memiliki nilai solusi yang lebih baik, bahkan seringnya tanpa memiliki solusi sama sekali. Statement mas Dhani cenderung mengarahkan pendukung mas Dhani untuk membenci secara membabi buta. Jika mas Dhani mau meluangkan waktu membaca artikel saya di Kompasiana sebelumnya (disini), Mas Dhani pasti faham, dimata saya strategi yang di jalankan oleh mas Dhani adalah memcitrakan buruk lawan mas Dhani karena mas Dhani sadar tidak mampu untuk menjadi lebih baik.

Mas Dhani, walaupun saya tidak suka dengan pribadi mas Dhani tapi saya menaruh rasa hormat saya kepada mas Dhani. Namun komentar-komentar terkait persaingan menuju Jakarta 1 telah membuat saya kehilangan rasa hormat saya kepada mas Dhani. Saya mungkin bukan satu-satunya yang merasa demikian, kalau tidak percaya silahkan mas Dhani baca komentar-komentar menanggapi statement mas Dhani di beberapa media online.

melalui surat ini saya memohon kepada mas Dhani untuk lebih memperhatikan kembali statement-statement yang akan dibicarakan maupun yang ditulis di media sosial, terutama mengenai SARA. Negara ini sedang dalam proses move on dari perpecahan yang terjadi akibat pilpres kemarin. Saya tidak ingin Jakarta terpecah kembali, toh siapapun calonnya saya yakin KTP-nya pasti WNI. Bukankan itu sudah cukup untuk tidak membawa-bawa isu SARA dalam kampanye?

Saya mau sedikit memberi saran, semoga mas Dhani berkenan. Lebih baik mas Dhani berusaha untuk membentuk diri sebagai orang yang layak memimpin Jakarta daripada sibuk berteriak ketidaklayakan lawan. Daripada berkoar kritik kanan-kiri tanpa isi, bukankah lebih baik mengisi diri sendiri dan berusaha untuk mempatutkan diri maju menjadi Jakarta 1. Lebih baik mas Dhani mensosialisasikan visi dan misi, memberikan banyak solusi lalu yakinkan warga Jakarta bahwa mas Dhani mampu. Sibuk menjelekan lawan tidak akan membuat mas Dhani lebih baik, malah sesungguhnya memperlihatkan keburukan dan ketidakmampuan mas Dhani sendiri.

Saya harap mas Dhani menanggapi coretan saya dengan positif bukannya dengan arogansi. Saya membuat coreran ini karena saya tidak ingin rasa suka saya terhadap karya-karya mas Dhani dinodai oleh hilangnya rasa hormat saya terhadap pribadi pembuat karya. Sebagai penutup saya harap coretan saya ini bisa menjadi bahan renungan sebagaimana lirik-lirik lagu mas Dhani yang membuat saya merenung.

Terimakasih

 

Pelangi 23/03/16

Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun