Mohon tunggu...
Lyfe Pilihan

Etika dan Kebebasan Manusia

5 April 2018   03:55 Diperbarui: 5 April 2018   04:05 754
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
(tutorialspoint.com)

Hubungan etika dan kebebasan memilih bagi manusia terkait erat dengan yang lainnya. Manusia dikatakan makhluk social dan bermoral dalam arti dikatakan baik dan buruk. Manusia bukanlah benda mati yang tidak pantas menyandang predikat bermoral, bersosial, misalnya : batu ini moralnya baik, atau jelek tingkah lakunya.

Seperti halnya kita tidak bisa mengatakan bahwa laut yang baru saja melukai bahkan merenggut banyak korban itu buruk, karena semuanya sudah di atur oleh sang Maha Kuasa melalui sunnah-Nya, demikian juga manusia, jika tidak mempunyai kebebasan memilih karena segala tindakannya telah ditentukan secara pasti oleh yang Maha Kuasa, bagaimana kita bisa mengatakan bahwa tindakan-tindakan manusia itu buruk, padahal mereka tidak mempunyai control apapun.

Dalam masalah ini, seorang ahli yaitu Sayyid Muhamad menuturkan bahwa selain Allah SWT tidak berpengaruh (member control) sama sekali, baik secara partikultural maupun universal. Berbeda dengan pendapat Al-Isfirayini, beliau menuturkan bahwa dalam tindakan, manusia itu mempunyai kombinasi dua kontrol yaitu antara kontrol Tuhan dan kontrol manusia.

Bahkan menurut beliau, dua kontrol dalam satu tindakan adalah sesuatu yang mungkin terjadinya yang petama adalah kontrol Tuhan yang erat hubungannya dengan dasar asal sebuah tindakan, sementara yang kedua adalah kontrol manusia yang berhubungan dengan sifat dari suatu tindakan. Kontrol kedualah yang menjadikan suatu tindakan tergolong bermoral baik maupun bermoral buruk.

Seperti dalam aktifitas sholat, maka menurut Al-Isfirayini terkandung dua implikasi. Sebagai sebuah tindakan dan sebagai suatu ketaatan. Karena, aktifitas sholat bila ditinjau dari sisi tindakannya maka dikatakan ciptaan Allah SWT, akan tetapi bila ditinjau dari sudut pandang ketaatan seorang hamba maka termasuk ciptaan manusia.

Untuk memantapkan alasannya, beliau mencontohkan lagi dalam tindakan menempelang atau memukul anak yatim, dari sisi tindakan berate ciptaan Allah SWT, namun dari sisi menyakitinyanatau mungkin mendidik maka digolongkan sebagai perbuatan manusia.

Namun beliau mengakui bahwa manusia tidak bisa mengelak atau mengubah kehendak Allah SWT, namun meskipun manusia dibawah kendali Allah SWT dalam tindakan moralnya, tetapi manusia tetap mendapatkan sebuah predikat baik atau buruk atas apa yang sudah manusia lakukan, yang pada gilirannya akan membawa manusia menjadi orang yang selamat atau celaka.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Konten Lyfe Selengkapnya
Lihat Lyfe Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun