Mohon tunggu...
Nalendra Satyatama
Nalendra Satyatama Mohon Tunggu... Guru - Guru SMA

Menyelami hikmah semesta

Selanjutnya

Tutup

Pendidikan

Menetapkan Pilihan PAUD untuk Anak

28 Desember 2024   22:58 Diperbarui: 28 Desember 2024   22:58 16
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Pendidikan. Sumber ilustrasi: PEXELS/McElspeth

Pengalaman mencari PAUD untuk anak terjadi terakhir kali tahun lalu untuk anak ketiga kami. Pencarian ini tentu lebih mudah karena sudah ada dua pengalaman sebelumnya. Sebelumnya, anak kedua kami masuk PAUD tahun 2014 dan sebelumnya tahun 2011 untuk anak pertama. Dengan adanya dua referensi, kami dimudahkan dalam menentukan kriteria PAUD untuk Si Bungsu. 

Jeda waktu delapan tahun antara anak kedua dan ketiga kami saat mendaftar PAUD tentu membuat kami harus melakukan pencarian kembali terkait PAUD untuk anak ketiga ini. Minimal dua opsi yang ada bisa menjadi nomine. Anak ketiga kami ini lebih ekspresif dalam meminta atau menentukan sesuatu. Keputusan "iya" atau  "tidak" kadang harus dilalui dengan sedikit drama. Hal itu membuat kami lebih selektif untuk menentukan tempat pendidikan yang cocok untuk Si Bungsu.

Basis agama Islam dan pendidikan karakter  menjadi perhatian utama kami untuk pendidikan anak-anak pada fase dini.  Program-program penanaman nilai-nilai agama Islam dan pengembangan karakter kami cermati dari beberapa PAUD yang ada di kotamadya kami. Untuk pengembangan karakter, dalam paradigma kami, proses pembelajaran di PAUD tentu harus dominan belajar sambil bermain dalam suasana yang menyenangkan. Untuk menunjang hal tersebut, sarana dan prasarana sekolah kami lihat sekilas, misalnya fasilitas lapangan bermain, alat-alat permainan yang ada di kelas, dan suasana kelas. Semua itu kami lihat secara langsung melalui survei dan obrolan ringan di meja pendaftaran. Tak perlu menguliti lebih jauh. Cukup yang kami tahu seperlunya dan dicocokkan dengan kondisi anak. 

Faktor jarak dari rumah juga menjadi catatan kami. Kami batasi mencari PAUD di dalam wilayah kelurahan atau paling jauh di wilayah tetangga kelurahan. Hal ini disesuaikan dengan kesanggupan istri untuk mengantar pulang pergi dengan motor. Dengan jarak yang tidak terlalu jauh dari rumah, hal ini akan lebih mempermudah istri melakukan aktivitas lain saat anak belajar di PAUD.  Faktor jarak ini juga memudahkan kami untuk mengetahui kondisi lingkungan sekitar PAUD. Karakter masyarakat sekitar PAUD dan keamanan lingkungan lebih bisa kami ketahui secara mendalam karena masih berada dalam satu wilayah kelurahan atau tetangga kelurahan.

Jumlah siswa per kelas dan rasio guru dan murid tak luput dari pengamatan kami. Bahasa mudahnya jangan sampai terlalu banyak atau terlalu sedikit jumlah siswa di kelas dan tentunya sebanding dengan rasio ideal guru. Menurut kami, satu guru maksimal untuk 15 siswa.  Jumlah siswa yang terlalu banyak dalam kelas tentu menyulitkan guru dalam memberikan perhatian yang lebih intensif kepada anak-anak saat jam belajar, waktu istirahat, dan kepulangan siswa. Jika terlalu sedikit, tentu proses interaksi dan pertemanan dengan banyak teman tidak terpenuhi. Jumlah murid dalam satu kelas ini juga kami lihat ukuran kelasnya. Dengan jumlah yang dibuka, jangan sampai anak merasa kesempitan di ruang kelas saat belajar jika jumlahnya terlalu banyak.  

Faktor yang tak kalah penting dan bisa jadi hal ini menjadi penentu adalah nominal uang sekolah. Murah atau mahal tentu subjektif. Dalam memandang uang sekolah ini, kami memilih logis dan terjangkau. Logis dalam artian jumlah sekian kira-kira sebanding dengan fasilitas dan program yang ditawarkan. Tentu tidak ada ukuran pasti. Semua kembali kepada subjektivitas. Begitu pula dengan kriteria terjangkau. Jika hal-hal di atas sudah terpenuhi, insyaa Allah kami usahakan semaksimal mungkin yang tentunya dapat kami jangkau. Yang terpenting anak dan istri sepakat dan nyaman di sekolah tersebut. Saya sebagai kepala keluarga dengan ikhtiar yang maksimal diiringi doa berusaha mengusahakan pendidikan yang terbaik untuk anak-anak.   

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Konten Pendidikan Selengkapnya
Lihat Pendidikan Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun