Mohon tunggu...
Nalendra Satyatama
Nalendra Satyatama Mohon Tunggu... Guru - Guru SMA

Menyelami hikmah dalam semesta

Selanjutnya

Tutup

Trip Pilihan

Menyelami Kehidupan dari Tempat-Tempat Bersejarah

27 Desember 2023   01:04 Diperbarui: 27 Desember 2023   01:10 84
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Travel. Sumber ilustrasi: PEXELS/Jcomp

Aktivitas mendatangi museum dan tempat-tempat bersejarah memberi kesan tersendiri bagi saya.  Saya tinggal di Jakarta. Banyak tempat bersejarah atau museum yang sudah dan sering saya datangi. Bahkan, beberapa di antaranya rutin saya kunjungi sekadar duduk-duduk sambil kulineran di lingkungan tempat bersejarah tersebut. Agak keluar Jakarta, museum dan tempat bersejarah di Rangkasbitung dan Bogor dalam beberapa bulan sering saya kunjungi. Kemudian di kota-kota lain, ada Bandar Lampung, Bandung, Semarang, Kudus, Jepara, Solo, dan Jogjakarta. 

Ada tiga tujuan besar saya mendatangi tempat-tempat bersejarah.  Tiga tujuan itu ditentukan berdasarkan tempatnya. Ketika mendatangi masjid-masjid bersejarah, tujuan saya adalah beribadah di masjid tersebut. Jika belum masuk waktu sholat wajib, saya sempatkan sholat sunnah di masjid tersebut. Tentu akan lebih berkesan jika saya dapat menunaikan sholat wajib berjama'ah di sana. Tambah berkesan lagi jika dapat merasakan sholat Isya dan Tarawih. 

Dua tujuan lainnya adalah menambah wawasan sejarah dan merasakan suasana time traveling. Untuk wawasan ini, tentu saya dapakan di museum. Bisa juga suasana time traveling saya dapatkan di masjid atau museum jika ciri khas zaman dulunya masih dominan. Khusus untuk suasana time traveling saja, bisa saya dapatkan di tempat-tempat bersejarah yang merupakan kawasan, seperti Kota Tua, Pasar Baru, Kota Lama Semarang, dan Jalan Braga- Jalan Asia Afrika Bandung. Jika mampir ke tempat-tempat ini, duduk-duduk sambil menikmati kuliner setempat cukup memberi kesan mendalam. 

Tempat yang terbilang rutin saya kunjungi adalah Kota Tua dan kawasan Pasar Baru. Jika ada kesempatan jogging, saya menikmati jongging di dua kawasan tersebut. Begitu pula gedung Filateli. Saya masih sempatkan berhenti sejenak untuk makan-minum di pelataran gedung Filateli sepekan sekali malam-malam selepas pulang mengajar privat yang rutenya melewati gedung tersebut. Untuk museum, Museum Fatahillah di Kota Tua dan Museum Sumpah Pemuda termasuk dalam daftar museum yang sering saya kunjungi. Khusus Museum Sumpah Pemuda, modelnya sudah serba digital, tetapi tidak meninggalkan unsur time traveling yang melekat di museum tersebut.  Jika ada waktu lebih luang, Museum Multatuli jadi tujuan, terutama sejak ada kereta Commuter Line ke Rangkasbitung. Selain ke Museum Multatuli, saya juga menyukai suasana Kota Rangkasbitung. 

Untuk masjid-masjid bersejarah, Masjid Al Makmur di Raden Saleh termasuk sering saya kunjungi.  Saya pun masih berkesan ketika sholat di masjid-masjid bersejarah di luar Jakarta, seperti Masjid Agung Demak, Masjid Agung Kauman Semarang, Masjid Menara Kudus, Masjid Sunan Muria, dan Masjid Mangkunegaran. 

Aktivitas berkunjung ke tempat-tempat beresejarah ini saya jadikan agenda liburan keluarga jika keluar kota. Di artikel saya yang lain, saya menulis tempat religi dan bersejarah menjadi dua menu wajib pertama yang harus ada dalam agenda liburan keluarga keluar kota. Khusus untuk di Jakarta, saya lebih banyak sendiri ketika mengunjungi tempat-tempat bersejarah. Itulah me time atau sarana healing bagi saya. Caranya seperti tadi yang saya sampaikan sebelumnya, duduk-duduk sambil kulineran atau jika itu berupa masjid, saya sempatkan sholat di sana. 

Dalam melakukan aktivitas mengunjungi tempat-tempat bersejarah ini, saya selalu posting ke media sosial saya satu-satunya, whatss app (wa). Saya berharap orang-orang yang melihat status wa saya di tempat-tempat bersejarah itu suatu saat akan melakukan hal yang sama agar kelestarian tempat-tempat bersejarah tetap terjaga. Jika kembali ke pertanyaan topik ini "datang ke tempat bersejarah untuk apa", berarti tersebutlah empat tujuan, yaitu ibadah, menambah wawasan, merasakan suasana time traveling, dan tentunya healing. 

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Konten Trip Selengkapnya
Lihat Trip Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun