Mohon tunggu...
Magdalena Ochoa
Magdalena Ochoa Mohon Tunggu... MAHASISWA -

SUKA BELANJA

Selanjutnya

Tutup

Sosbud

Melawan Mesin Produksi Hoaks

9 Agustus 2018   10:14 Diperbarui: 9 Agustus 2018   10:20 237
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Sosbud. Sumber ilustrasi: KOMPAS.com/Pesona Indonesia

Inilah fakta pahit yang melanda dinamika kehidupan sosial politik di Indonesia, upaya melawan hoaks dan ujaran kebencian terus dikampanyekan, sementara produksi hoaks semakin hari semakin mengkhawatirkan, apalagi tahun ini merupakan tahun politik dimana hoaks mengakar di ranah politik, benarkah hoaks diciptakan oleh yang ingin mempunyai kekuasaan atau justru oleh pemangku kekuasaan itu sendiri.

Hoaks adalah kabar bohong, hoaks bisa disebut informasinya 0 atau kurang dari 0, kemungkinan besar hoaks diciptakan untuk kepentingan politik, belakangan hari media luar negri membongkar suatu kerja mesin produsen hoaks yang diduga bertanggung jawab di pilpres amerika.

Bisa dikatakan hoaks adalah bisnis, ternyata bisnis paling murah di dalam demokrasi ini adalah hoaks, tetapi tujuan utama dibuat hoaks yaitu mengeksploitasi otak reptil manusia, apa itu otak reptil manusia? Otak kebencian, otak kebencian kepada yang berbeda, rasa jijik yang berbeda dan mereka menggunakan bahasa memanfatkan teknologi dan alat yang diciptakan khusus oleh manusia untuk membuat hoaks.

Dari yang diterangkan di atas jika produksi hoaks secanggih itu lalu mau kita lawan dengan apa? Hal terpenting untuk melawan dan menyikapi hoaks ialah dengan meningkatkan kapasitas nalar, cara berpikir dan menganalisa suatu informasi.

Meskipun ini membutuhkan waktu yang tidak sedikit, jika aku jadi menag upaya dalam menyikapi hoaks ialah meningkatkan kompetensi guru dan pemuka agama dengan tujuan memberi wawasan yang baik, menetralisir isu yang tidak benar, dengan meningkatkan kompentensi diharapkan dapat memberikan wawasan yang luas dan benar dalam belajar agama salah satunya etika dalam interaksi antar umat dalam menghormati perbedaan.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Konten Sosbud Selengkapnya
Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun