Mohon tunggu...
Aji Latuconsina
Aji Latuconsina Mohon Tunggu... -

|Bukan Penganut Ajaran Agama Spilis (Sekulerisme - Pluralisme - Liberalisme) •Provokata @kutikata

Selanjutnya

Tutup

Puisi Artikel Utama

Duka Masinis di Kapal Kertas

3 Februari 2018   21:02 Diperbarui: 4 Februari 2018   03:33 945
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Kisah kertas kulipat-lipat
lantas kubuat kapal dari sekumpulan cerita
rencananya abadi hanya sebiduk
kita bersatu di bahtera cita-cita

Ujung kertas kulipat sampai ke dada
lalu dalam diam hati kupetak-petak
bukan rindu untukmu atau dia
sampan itu kamar bercinta kita setelah akad

Di atas kasur berbunga ruang hampa
badai emosi menghantam dalam gelas kaca
kuminum seteguk masalah biar puting sedikit reda
hujan air mata cuma serintik titik nila
namun biduk dihempas ombak yang menggulung murka

Aku memutar haluan rejeki hidup kita
kau satukan kompas dengan hatimu di peta
di buritan penuh dengan doa-doa
di kamar mesin waktu tua aku hanya terjaga
terbakar menguap usia
bila amarah berubah jadi batu dan bara

Dermaga yang kita labuhi sebentuk laci kotak
jangkar aku simpan dan lamunan aku tambatkan
tiada semua kapal impian nahkodanya berpangkat
masinis hidup dari mesin waktu dan janji pengorbanan

Minyak mesin kupompa dari kompor usang
dapur kubiarkan berasap sampai di kepala ranjang
ego berdua terbakar hanguskan dinding kertas
biduk kita seperti kapal perang dari kertas 

Sisa mesin yang belum habis terbakar
kulipat-lipat lebih kecil lagi sampai tak terlihat mata fana
dan kusimpan dalam kantung hati yang masih tebal mekar
kujaga dan kurawat beserta belahan jantung hati kita berdua

_____________________
TT TUKEL STORI PARLENTE
"Duka Masinis di Kapal Kertas"
Manokwari, 24062015
'1 Modified at Manokwari 03 Februari @kutikata2018
*ajilatuconsina

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Konten Puisi Selengkapnya
Lihat Puisi Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun