Mohon tunggu...
Aji Latuconsina
Aji Latuconsina Mohon Tunggu... -

|Bukan Penganut Ajaran Agama Spilis (Sekulerisme - Pluralisme - Liberalisme) •Provokata @kutikata

Selanjutnya

Tutup

Puisi Pilihan

Jemaat Iblis Nusantara (JIN) (2)

11 Agustus 2017   22:47 Diperbarui: 12 Agustus 2017   00:08 867
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

"JEMAAT IBLIS NUSANTARA (JIN)" (2)

Iblis-iblis gentayangan
mencari tubuh-tubuh telanjang
memisahkan akal dengan iman yang kurang
yang percaya Tuhan jadi pepohonan
ada yang menyatu dengan bebatuan
ada pula yang berwujud di angan-angan

Iblis yang dulu diusir dari nikmat surga
pergi hanya dengan nama tanpa wajah
mereka sembunyi di hati kafir ummat beragama
mereka menyerupai darah, nadi dan peci ulama-ulama gila kuasa
menyatu lekat dengan bau badan jamaahnya
dan pantat neraka merupa mulut serta wajah penista

Iblis-iblis nusantara mengulik tradisi jadi pedoman
kubur-kubur ditinggikan setara doa berhari-hari dilafalkan
bahu-bahu iblis sejajar dengan jidat-jidat penuh hafalan amalan
yang pura-pura mengaji dan baca kitab, wajahnya kuning kecemasan
gurunya iblis bermurid setan nantinya berpangkat peci dan berjabatan
anak isterinya meneruskan wasiat yang berbeda-beda namun tetap jadi satu jua dosa warisan

Kini di alam fana yang berbeda maya dan nyata
para lulusan iblis tampil dengan berwajah catur
mereka mengatur semua sisi kehidupan dunia
sebahagiannya banyak yang menjadi aparatur
sebahagian lainnya melakoni peran drama
banyak yang jadi penonton dengan kursi tak terartur
dan tayangannya adalah bagian dari sampah lidah api-api neraka
kisah akhirnya adalah hasil kesaksian menafsir ayat agama

__________________
TT TUKEL STORI PARLENTE
"Jemaat Iblis Nusantara (JIN)" (2)
Manokwari, 12 Agustus @kutikata2017
*ajilatuconsina

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Konten Puisi Selengkapnya
Lihat Puisi Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun