Dear, anak- anak sholeh
Siapa orangnya yang tidak bangga pada ibunya, pasti semua anak sholih dan sholihah akan membanggakan ibunya sebagai orang nomor 1 didunia ini. Tak terkecuali saya sebagai seorang anak, ibuku adalah yang terbaik, terbaik dalam segala - galanya.
Saat ini ibuku berusia 68 tahun, 7 bulan, 18 hari. Beliau memang sudah sepuh, jika dilihat dari usianya. Namun tahukah kawan? Beliau masih tetap energik, seperti tidak ada lelah- lelahnya. Apapun pekerjaannya, beliau sanggup melakukannya. Tidak hanay pekerjaan di rumah, tapi juga ekerjaan di sawah dan pekerjaan sampingan lainnya, yang merupakan profesinya.Â
beliau ibuku yang sejak kecil menyandang disabilitas kakinya pincang sebelah, akibat sewaktu berumur 5 tahuna, beliau jatuh dari kursi. Dan waktu itu penanganannya hanya dipijat saja oleh tukang urut di desa. Akibat dari penenganan yang tidak intensif tersebut, sampai sekarang beliau caat pada kakinya.
Apakah hal tersebut menjadi hambatan dalam hidupnya? Jawabnya TIDAK SAMA SEKALI. Beliau tetap beraktifitas melebihi wanita yang normal pada umumnya. Badannya selalu sehat, boleh dikata awet muda. Sampai pada gigi- giginya, belum ompong satupun. Makanya beliau masih kuat makan peyek kacang hijau yang dibuat mompok. Itu kesukaan beliau sambil minum teh. LUAR BIASA.
Masalah keterampilan, beliau menguasai berbagai macam keterampilan wanita, contohnya menjahit, memasak, dan merias pengantin. Keterampilan merias inilah yang dikembangkan secara profesional. Jika sedang masanya bulan - bulan baik untuk menikah, pasti ibuku setiap harinya tidak ada di rumah. Bahkan kadang harus merias sampai dua atau 3 tempat.Â
Pastilah di rumah hanya malam hari saja. Itupun diisi dengan kegiatan penataan perlengkapan pengantin buat besok paginya. Kenapa ibuku selaris ini dalam profesi meriasnya, karena ibuku sanagt jago merias. Pokoknya siapapun pengantin yang dirias oleh ibuku akan terlihat tidak seperti biasanya atau istilah Jawanya adalah manglingi. para pengantin semuanya akan merasa puas.Â
Jika sedang bulan - bulan sepi pengantin, beliau menyibukkan diri di sawah. entah itu hanya menengok saja atau turut turun tangan melakukan pekerjaan di sawah seperti matun pari, kacang, sayuran dan lain sebagainya. Beliau tidak merasa canggng sedikitpun, hampir semua pekerjaan di sawah beliau menguasainya dengan baik. Jadi hanya pekerjaan orang laki- laki saja yang beliau kadang mengajak pekerja untuk melakukannya.Â
SEbenarnya, kami para anak - anak beliau sudah melarangnya, agar tidak usah ke sawah segala. Biarlah supaya diurus oleh pekerja saja. Namun beliau tetap ngotot ingin ke sawah, dari paad di rumah terus menjadi jebuh katanya. akhirnay kamipun hanya menginagtkan saja, agar jangan  sampai terlalu capai. Aatu jika sudah merasa capai harus segera beristirahat saja.
Selain jago dalam urusan dunia, untuk urusan akhirat, beliau tidak ada tandingannya. Selain sikap dan perbuatan yang terlihat dalam keseharian, beliau tekun sekali beribadah. tidak hanya ibadah disiang hari, Â malam - malamnya dihiasi dengan dzikir- dzikir yang begitu panjang. Semua anak cucu didoakannya secara bergantian secara istiqomah. Ibuku itu, jika bangun malam pukul setenagh tiga, langsung mandi, berwudhu dan terus saja menjalankan aktifitas ibadahnya sampai waktu subuh tiba. ritual ibadah malam ni, tidak akan pernah ditinggalkannya, kecuali ada udzur yang menjadikan beliau tidak bisa beraktifitas seperti biasanya.Â