Kututup Lembaran Usang,Aku Ikhlas Kau Dengannya
Oleh : Lely Suryani
Senja temaram mulai terlihat manja di ufuk barat, pertanda malam akan segera tiba. Terlihat Naiha duduk termenung bermuram durja. Dari wajah kusutnya terlihat jelas ada guratan kesedihan. Naiha teringat kembali kejadian yang nyata di depan matanya. Naiha tak habis pikir, orang yang begitu disayanginya, bermain sering di belakangnya.
Suara adzan yang lamat - lamat terdengar dari masjid, belum menggemingkan duduk Naiha yang tenggelam dalam lamunan. Suara itu membuat Naiha semakin dalam menembus relung - relung jiwa untuk bersikap bijaksana.
Begitu suara ibunya memanggil namanya dengan suara keras sebagai ciri khasnya, Naiha berjingkrak kaget. Naiha langsung berdiri dengan jantung yang berdegup kencang. Lamunan Naiha buyar seketika, dalam hati hanya berkata , " aku rela, aku ikhlas kau dengannya, yang penting kau bahagia bersamanya ".
Dari keterkejutan yang datang tiba - tiba, Naiha hanya menjawab singkat panggilan ibunya tersebut "Inggih Bu... dalem..." Selanjutnya Naiha menuju ke kamar ingin mempersiapkan peralatan mandi dan ganti baju.
Dari beranjaknya lamunan yang menyakitkan, Naiha berharap peristiwa yang dialaminya cepat keluar dari pelupuk matanya. Entah kenapa, peristiwa itu terus melekat dalam ingatannya, tanpa hilang sedikitpun. "Sampai kapan peristiwa ini akan tetap berada di mataku, padahal aku sudah mengusirnya sekuat tenaga" batin Naiha.
Aktivitas sudah beralih, sudah memohon Kepada Alloh untuk dikuatkan dan segera dienyahkan jejak - jejak empedu ini. Apalah daya, tidak bisa juga, peristiwa itu tetap jelas tergambar tak berubah sedikitpun. Begini ceritanya.
Srek - srek - srek....
Naiha terus menggenjot sepedanya menyusuri jalan aspal yang sepi. padahal saat itu waktu tengah hari yang panas sepanas otak Naiha yang terperas setelah mengikuti ulangan harian di kelasnya. Sepeda terus dikayuh menuju rumahnya di pelosok desa. Itu adalah keseharian Naiha setiap pagi dan siangnya, sewaktu berangkat dan pulang sekolah, melewati jalan yang sama.