Kemarin, pak Jokowi menghimbau untuk menggunakan kembali masker saat berada di tempat umum. Padahal dengan sangat percaya diri beberapa bulan sebelumnya, pemerintah bersiap mengubah status menjadi endemi.
Hal ini mungkin rasional bagi yang sangat aware dengan kesehatan diri masing-masing, tapi buat yang tidak pernyataan pak Jokowi terkesan plin-plan, terkesan bingung atas keputusannya.
Buat anak generasi genzet macam saya, jadi perdebatan yang sudah mulai dilupakan bahkan mereka sudah tidak peduli apa yang menjadi himbauan pemerintah soal covid.
Coba lihat aja kolom komentar sosial media ketika ada postingan yang mengangkat himbauan menggunakan masker ini, pasti semuanya kontra bahkan sampai bernada negatif. Ini jadi salah tolok ukur jika anak muda udah enggak peduli-peduli amat soal Covid. Kalo kata mereka, kalo mati ya udah mati aja gitu.
Coba lihat juga anak-anak SCBD-Perjuangan, yang lagi hits-hitsnya sama Bonge, Kurma, dan Jeje. Mana ada mereka yang mau pake masker, padahal mereka ada di pusat kota yang pasti banyak satgasnya.
Ini bukti betapa tidak peduli dan percayanya anak muda terhadap himbauan. Dibuktikan juga dengan hasil survei BPS pada awal pandemi.
Anak muda masih tidak percaya kalau mereka berpotensi terinfeksi Covid-19. Survei itu menunjukkan sebanyak 17 dari 100 responden berusia 17 sampai 30 tahun menyatakan tak percaya mereka bisa terpapar Covid-19.
Angkanya memang hanya 17%, tapi memang membuktikan di sekitar anak muda masih banyak yang percaya kalo Covid ini konspirasi belaka. Kalo meninggal ya karena ajal aja, kalo batuk pilek ya biasa.
Kan kalo anak muda yang akhirnya meninggal gara-gara Covid, mereka enggak bisa cerita lagi sama temennya.
Bener-bener lika-liku kehidupan anak muda yang berat banget buat pemerintah memberikan himbauan. Karena apa?