Ketika belajar public speaking akan banyak sekali orang yang menyarankan anda untuk membuat kontak mata dengan audiens, ini saya setuju. Kemudian sebagian lagi berkata, “jika grogi menatap mata, tataplah ubun-ubunnya”, dari sini saya mulai kurang setuju.
Heiii.. itu bulsit, saya katakan sekali lagi, itu tak akan banyak membantumu. Bagaimanalah kau akan melihat ubun-ubun kepala mereka, itu susah, lebih merepotkan, yang ada kepercayaan dirmu makin menguap entah kemana.
TATAP SAJA MATA MEREKA. Apanya yang salah? Apa kau akan sakit mata jika membuat kontak mata dengan mereka, atau kau takut jatuh cinta pada mereka. Ah, saya kira tidak. Paling alasan kalian adalah grogi, nervous, nggak punya keberanian, ndredek, takut ntar gemeteran atau apalah itu, iya kan iya donk?
Ah, itu mah masalah klasik bro, kuno!! Kalau mau jadi public speaker, trainer, mc, atau apalah itu, aktivitas berbicara didepan banyak orang lah intinya, hal yang pertama harus kalian taklukkan adalah masalah kepercayaan diri anda, jika ini selesai, masalah-masalah lain tak akan jadi masalah berarti.
Nah, masalahnya, tak semua yang ingin terjun dalam bidang ini sudah selesai dengan masalah kepercayaan diri. Tapi baiklah, saya tak akan mebahas bagaimana mengatasi kepercayaan diri secara rinci disini, bukankah judul artikel ini terkait kontak mata, maka itu yang akan saya bahas. Baiklah kau bisa mulai dengan ini.
·TTerima kenyataan bahwa anda selalu gagal ketika mencoba kontak mata dengan audiens
Ini paling penting, paling fundamental, dan wajib disadari, jangan ditolak, jangan terlalu banyak alasan ba bi bu, yang karena belum persiapan materilah, belum mandi lah, apa lah, akui saja kau selalu gagal. Ah, terkait belum mandi, ini juga bisa jadi masalah, karena jelas akan mengurangi kepercayaan diri anda bukan. Maka sekali lagi yang harus anda lakukan ketika anda belum mandi adalah terima kenyataan bahwa anda belum mandi, sampaikan ke audiens.
Iya, sampaikan saja, jika diawal kalian gemetaran sampaikan saja kalian sedang gerogi tingkat dewa, “lihat lah kawan tubuh saya mulai gemetar, tangan saya mulai keluar keringat dingin , dan sekarang ketika saya mulai menatap mata kalian, jantung saya mulai berdetak lebih kencang dari biasa. Ah, barangkali karena saya jomblo kali ya”. Kau bisa gunakan anekdot-anekdot macam itu atau semacamnya, initinya adalah sampaikan kekhawatiran kalian pada audiens, termasuk kekhawatiran kalian untuk menatap mata mereka, sampaikan jika kau bahkan selalu gagal untuk mencobanya. “Mungkin saya kelamaan jomblo karena nggak bisa menatap mata kali ya. Okelah, saya mau move on, perhatikan baik-baik ya, saya akan belajar menatap mata kalian sekarang” pelototin sekalian itu audiens, saya jamin tak lama dari detik itu juga kalian akan rileks. Saya tak asal bicara, ini ilmiah, salah satu bentuk terapi dari teori logo terapi milik frankl, beliau menamakannya paradoksial extention –semoga tulisannya benar.
Inti dari terapinya adalah membuang jarak dengan ketakutan anda, sebagian besar orang akan selalu menghindar atau membuat jarak dengan hal yang ia takutkan, hal yang membuatnya gelisah sebisa mungkin ia hindari, tapi sayangnya semakin kita hindari, kegelisahan itu bukan akan selesai tapi malah semakin tak karuan. Maka hal pertama yang sebaiknya dilakukan adalah membuang jarak itu, dengan menerima ketakutan, dengan menyadari sepenuhnya bahwa anda gelisah dan sampaikan kegelisahan itu, berusaha berdamai dengannya, seperti yang saya contohkan diatas, sampaikan anda sedang gemetar, sampaikan bahwa anda sangat nervous saat itu. Tantang ketakutan anda, dan tertawalah bersama audiens anda.
·Mereka bukan sedang menonton pertunjukan tapi sedang menanti kalian ajak bicara
Jika kontak mata sudah berhasil, maka lanjutkan dengan komunikasi, tanya kabar, standar banget, mulai dengan pertanyaan yang lagi heboh di komunitas itu, misalnya, “Apa kabar hatinya, masih terkunci untuk si dia ya” atau apalah, yang bikin seru dan pecah!
Inget, jangan ngomong sediri, juga jangan terlalu asyik sama patner kamu, audiens tidak sedang ingin melihat pertunjukan dari kalian, artisnya bukan kalian, sadar wooiii kalian cuma MC. Tugas kalian ‘hanya’ membangun atmosfer, mengarahkan acara, dan mengajak mereka ngobrol, ingat ‘mereka’ –ribuan atau jutaan orang di depanmu, ingin kau lihat dan kau ajak bicara, bangun atmosfer dan ajak penonton, itu tugas utama kalian.
Dan kalian sadari atau tidak, ketika komukasi sudah mulai berjalan, maka masalah kepercayaan diri atau kontak mata itu akan selesai dengan sendirinya. Posisikan audiens adalah kawan-kawan kalian hang out, temen seru-seruan yang bisa diajak ngakak sampai guling-guling, bedanya adalah kalian diatas panggung dan mereka tidak, tapi hei, kau pun haram hukumnya untuk tetap stay saja di atas panggung yang sama, semua tempat di TKP adalah panggung kalian, eksplor dan porak porandakan bila perlu –ini jika acara kalian hip hip hura-hura ya, kalau formal, audiensnya pejabat-pejabat tinggi Negara, tentu lain donk rumusnya. Tapi intinya adalah, ajak mereka bicara!
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H