Mohon tunggu...
Lely Tbn
Lely Tbn Mohon Tunggu... Mahasiswa - Belum bekerja

Live to be happier

Selanjutnya

Tutup

Ilmu Sosbud

Mengenal Komunitas Adat Terpencil (KAT): Sebaran KAT di Provinsi Jambi

4 November 2023   08:51 Diperbarui: 4 November 2023   09:19 151
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Ilmu Sosbud dan Agama. Sumber ilustrasi: PEXELS

Komunitas Adat Terpencil ( KAT) merupakan sekumpulan individu dalam jumlah tertentu yang terikat oleh kesatuan geografis, ekonomi, sosial budaya dan miskin, terpencil, serta rentan terhadap sosial ekonomi. Komunitas adat terpencil biasanya bertempat tinggal jauh dari area permukiman warga serta hidup di daerah kawasan hutan. 

Ada beberapa kriteria dari Komunitas Adat Terpencil diantara nya yaitu mereka cenderung menutup diri dan sulit untuk dipahami oleh orang lain di luar  komunitas mereka (tertutup), adanya kesamaan kepercayaan, pemikiran, dan karakter (homogen); kehidupan tergantung pada alam, kehidupan diatur oleh tradisi atau budaya (oleh kepala suku), serta tinggal di daerah perbatasan negara, terpencil, atau pun tertular.

Perkembangan KAT menurut teori Paulo Freire di bagi menjadi 3 bagian, dimulai dari adanya kesadaran magis yaitu kesadaran ketika komunitas tidak mampu memahami masalahnya, hanya memikirkan kebutuhan biologis, dan lebih mempercayai hal hal mistis. Selanjutnya ada kesadaran naif yaitu ketika mereka mengetahui masalah yang menimpa mereka tapi tidak tahu mau berbuat apa. Kemudian ada kesadaran kritis yaitu kesadaran ketika mereka sudah tahu mengatasi masalah dan penyebab masalah nya.

KAT tersebar didaerah hutan hujan tropis seperti Amerika, Afrika, dan Asia. Di Amerika komunitas adat terpencil nya ada suku Apache, di Afrika ada suku Pigmi, dan di Asia ada Suku Mong. Total sebaran KAT di Indonesia adalah 7.210 KPM. Ada beberapa sebaran KAT di Provinsi Jambi salah satunya adalah suku Batin Sembilan (Kab. Muaro Jambi). Suku Batin sembilan ini sudah cukup maju, sudah memiliki rumah, sudah ter integrasi ke desa, dan sudah memeluk agama. Selanjutnya ada suku Talang Mamak (Kab, Tebo). 

Suku ini sudah ter integrasi ke desa dan juga sudah mulai melakukan kegiatan bercocok tanam. Kemudian ada suku Orang Rimba (Kab. Tebo, Merangin, Batanghari, Bungo, Sarolangun). Suku orang rimba ini adalah suku paling minoritas dengan pola makan yang sederhana, dan memiliki sistem pendidikan yang masih kurang baik.

Komunitas adat terpencil memiliki budaya yang minoritas, menganut nilai tradisional, hidup berkelompok, bergantung hidup pada sumber daya alam, serta pola hidup yang nomaden. Permasalahan KAT saat ini secara internal mencakup  permasalahan  budaya, geografi, dan ekonomi. Di bidang budaya, masalah yang terjadi ialah adanya rutinitas meminum air langsung dari sungai yang di mana itu dapat menyebabkan diare. 

Di bidang geografi permasalahan nya yaitu rumah yang terletak jauh dari kota atau permukiman warga. Serta di bidang ekonomi permasalahan yang terjadi ialah populasi yang semakin banyak sementara ketersediaan hutan yang sedikit. Selanjutnya permasalahan KAT secara eksternal yaitu komunitas kehilangan sumber hidup dan kehidupan, serta adanya marginalisasi (perkataan yang menyebut mereka kubu).

Selain itu, terdapat juga permasalahan kesehatan pada KAT di antaranya cacingan, batuk, flu, demam, penyakit kulit, stunting, kematian bayi, tubercolosis, asam lambung, dan malaria. Penyakit tersebut disebabkan oleh adanya faktor ekologi yang buruk,  PHBS yang belum diterapkan, serta budaya yang tidak mengizinkan perempuan usia subur untuk keluar dari wilayah tersebut ketika sakit. 

Nah, melalui  hal ini, dilakukan lah  solusi -solusi yang tepat untuk menangani masalah kesehatan tersebut. Solusi-solusi yang dilakukan di antaranya menerapkan kegiatan pembelajaran melalui alat peraga (organ-organ manusia) yang diharapkan dapat membantu mereka dalam mengenal organ tubuhnya, serta memberikan praktik sederhana mengenai cara memotong kuku, cara menyikat gigi yang benar, dan  cara membuang sampah yang baik.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Konten Ilmu Sosbud Selengkapnya
Lihat Ilmu Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun