Mohon tunggu...
Lidya Indah Debora
Lidya Indah Debora Mohon Tunggu... Editor - Mahasiswa Ilmu Komunikasi Universitas Airlangga

Fokus mendalami media produksi, saya telah berkecimpung dalam dunia editing dan membuat konten.

Selanjutnya

Tutup

Film

Melodi Tragedi: Penggunaan Musik Klasik dalam Film Psikologis

30 Mei 2024   15:10 Diperbarui: 30 Mei 2024   15:20 80
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
https://medium.com/@transylvania

Pernahkah kamu merinding saat menonton adegan tragis di film psikologis? Melodi klasik yang mengiringinya ternyata bukan suatu kebetulan! 


Dunia perfilman, khususnya genre psikologis, tak jarang menghadirkan momen-momen tragis yang menggetarkan hati para penonton. Di balik layar, terdapat elemen-elemen yang berperan penting dalam membangun atmosfer dan memperkuat pesan film tersebut. Salah satu elemen yang tak boleh diremehkan adalah penggunaan musik. Musik klasik, dengan melodinya yang kompleks dan penuh makna, sering kali menjadi pilihan untuk mengiringi momen-momen tragis dalam film psikologis.

Perpaduan antara musik klasik dan film psikologis bukanlah suatu kebetulan. Musik klasik memiliki kemampuan luar biasa untuk membangkitkan berbagai emosi, mulai dari kebahagiaan hingga kesedihan, kecemasan hingga ketakutan. Hal ini selaras dengan genre psikologis yang kerap menghadirkan eksplorasi mendalam tentang kondisi mental dan emosional karakternya. Penggunaan musik klasik dalam film psikologis tak hanya untuk membangun suasana, tetapi juga untuk memperkuat pesan dan makna yang ingin disampaikan. Melodi-melodi klasik yang indah dan menyentuh mampu memperdalam emosi penonton, memungkinkan mereka untuk lebih memahami dan merasakan apa yang dialami oleh karakter-karakter dalam film.

Salah satu contoh film psikologis yang memanfaatkan musik klasik dengan apik adalah Psycho (1960) karya Alfred Hitchcock. Dalam adegan ikonik pembunuhan di kamar mandi, Hitchcock menggunakan musik klasik "The Funeral March of a Marionette" karya Charles Gounod. Melodi yang mencekam dan penuh kesuspensian ini berhasil menciptakan suasana yang menegangkan dan membuat penonton merasa ngeri. 

Film lain yang juga menggunakan musik klasik secara efektif adalah The Shining (1980) karya Stanley Kubrick. Dalam adegan Jack Torrance yang membakar pintu kamar Wendy dan Danny, Kubrick menggunakan musik klasik "Lacrimosa" dari Requiem karya Mozart. Musik yang sedih dan penuh kesedihan ini membantu membangun suasana yang mencekam dan tragis, memperkuat rasa ngeri dan ketakutan yang dirasakan oleh penonton.

Penggunaan musik klasik dalam film psikologis tak hanya membangkitkan emosi, tetapi juga dapat memberikan dampak psikologis tertentu bagi para penonton. Melodi-melodi klasik yang sedih dan penuh kesedihan dapat memicu rasa empati dan kesedihan pada penonton. 

Hal ini dapat membantu mereka untuk lebih memahami dan merasakan apa yang dialami oleh karakter-karakter dalam film. Di sisi lain, musik klasik yang menegangkan dan penuh suspensi dapat meningkatkan rasa cemas dan ketakutan pada penonton. Hal ini dapat membuat mereka merasa lebih terlibat dalam cerita dan merasakan sensasi yang dialami oleh karakter-karakter dalam film.

Perpaduan antara musik klasik dan film psikologis adalah sebuah kolaborasi yang memukau. Musik klasik mampu memperkuat atmosfer, memperjelas pesan, dan memberikan dampak psikologis bagi para penonton. Hal ini menjadikan musik klasik sebagai elemen penting dalam genre film psikologis, membantu film-film tersebut untuk menyampaikan cerita yang lebih menyentuh dan tak terlupakan.

Mohon tunggu...

Lihat Konten Film Selengkapnya
Lihat Film Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun