Mohon tunggu...
LELO YOSEP
LELO YOSEP Mohon Tunggu... profesional -

Guru Universitas Bina Nusantara Jakarta dan Universitas Bunda Mulia Jakarta. Sekretaris Eksekutif Paroki Santo Kristoforus Jakarta. Peneliti Kepariwisataan Daerah Kabupaten Manggarai Barat, NTT. Wakil Sekretaris DPD HANURA DKI Jakarta. Berasal dari desa kecil dan terpencil di Flores. Sehari-hari berkeyakinan orang menajamkan sesamanya dengan caranya sendiri.

Selanjutnya

Tutup

Politik

Schadenfreude Perang Politik BBM

31 Maret 2012   06:23 Diperbarui: 25 Juni 2015   07:13 100
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Ada banyak kesenangan yang tidak menguntungkan saat melihat orang lain menderita.Bahasa Jerman mempunyai istilah khusus, schadenfreude, yaitu mendapatkan kesenangan di atas penderitaan orang lain.Itu kira-kira penampilan Partai Demokrat dan teman koalisinya yang setia. Penundaan menaikan harga BBM per 1 April 2012 terjadi setelah ada resistensi dari berbagai kalangan masyarakat. Resistensi berbuntut tindakan anarkis di sejumlah tempat. Eskpresi demonstrasi anarkis di sejumlah tempat menggambarkan ekspresi frustrasi warga masyarakat atas situasi dan kondisi yang makin sulit.

Perang politik BBM menjadi schadenfreude lantaran tiga alasan. Pertama, prosesnya tidak transparan pada penganggaran dan penyerapan APBN. Proses ini makin jelas dengan sejumlah kasus korupsi yang membelenggu sejumlah kementerian. Kedua, scenario kenaikan harga BBM tidak mempresentasikan rasa keadilan masyarakat yang mengkonsumsi BBM itu. Skenario kenaikan harga BBM sengaja diciptakan untuk mengukur konsolidasi setiap partai di Pilkada DKI Jakarta 2012 khususnya dan di Pemilu 2014 umumnya. Ketiga, implementasinya berdasarakan kajian satu aspek, tanpa memperhatikan kajian pada berbagai sektor setelah kenaikan harga BBM. (Lelo Yosep)

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Konten Politik Selengkapnya
Lihat Politik Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun