Mohon tunggu...
Sosbud Pilihan

Fashion Show dan Mimpi Kartini

20 April 2016   10:44 Diperbarui: 20 April 2016   11:15 96
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Memasuki bulan April seluruh penjuru di tanah air diramaikan dengan berbagai perayaan lomba – lomba. April merupakan hari kelahiran salah satu pejuang perempuan Indonesia, yakni R. A. Kartini atau biasa dipanggil Kartini.

Perempuan dan peranannya bagi Kartini merupakan partisipasi aktif perempuan di Masyarakat. Kartini mempunyai mimpi, bagaimana perempuan Indonesia kedepannya bisa menyumbangkan keringat maupun pemikirannya. Sehingga bisa menunjukkan eksistensinya sebagai salah satu subyek bermasyarakat, bukan hanya obyek saja.

Melihat mimpi Kartini saat itu bila dibandingkan perayaan Kartini saat ini terlihat miris. Miris dalam hal ini dikarenakan apa yang diperjuangkan Kartini untuk di ubah, yakni menjadi obyek yang ditampilkan.

Di sini, Penulis mencoba mengulas fashion show yang menjamur di berbagai daerah pada saat perayaan Kartini. Beberapa perempuan mengenakan kebaya berlenggak – lenggok di catwalk. Entah mengenakan pakaiannya buatannya sendiri atau dengab membelinya.

Hal tersebut oleh sebagian pihak dianggap untuk mempertahankan tradisi dan budaya Kartini pada saat itu. Anggapan itu tidak salah bila dilihat sudut pandang tradisi dan budaya Indonesia. Tapi dari sudut pandang perjuangan Kartini, hal ini bertolak belakang. Menurut penulis Kartini ingin perempuan Indonesia aktif di masyarakat dan tidak terkungkung pekerjaannya dirumah. Aktif di masyarakat bisa dilakukan dengan melakukan perubahan kecil di masyarakat. Atau juga bisa dilakukan dengan memberikan ide  atau pemikiran untuk pembuatan kebijakan yang berlaku di masyarakat..

Fashion show hanya mengekspos tubuh perempuan secara kasarnya. Dan naïf bila dinyatakan sebagai suatu upaya mengenang perjuangan Kartini. Apa yang bisa dilihat dari sebuah peragaan kebaya? Hanya tubuh dan paras peraganya. Apa yang bisa diambil manfaatnya dari peragaan kebaya bila dilihat dari perjuangan Kartini?

Lain halnya bila peragaan kebaya itu dengan menggunakan kebaya buatan sendiri. Hal tersebut wajar bahkan bangga karena bisa menampilkan hasil karyanya. Tapi… pada fashion show yang ada justru lebih menampilkan kemolekan tubuh dan parasnya saja. Miris sekali bukan?

Bagi penulis, alangkah lebih baiknya jika perayaan – perayaan Kartini dilakukan dengan lebih memberikan partisipasi aktif kaum perempuan. Misalnya dengan perlombaan mengolah sampah daur ulang untuk menambah pundi – pundi pemasukan rumah tangga, lomba menulis opini mengenai lingkungannya sehingga pemerintah setempat mendapat masukan dalam menentukan kebijakan, maupun lomba – lomba yang bisa mengasah kemampuan para perempuan untuk bisa lebih aktif berperan di masyarakat.

Peringatan Kartini tahun ini sudah sebaiknya dikembalikan ke cita – cita maupun tujuan dari perjuangan Kartini itu sendiri. Karena jika tidak dimulai dari sekarang maka kapan lagi? Kita perempuan maka kitalah yang bisa merubah nasib kita di masa depan. Dimulai dari hal kecil misal, kita tidak pernah tahu hal kecil tersebut adalah cikal bakal hal besar itu terwujud. (Ly)

Mohon tunggu...

Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun