Mohon tunggu...
lelitaazaria
lelitaazaria Mohon Tunggu... Mahasiswa - -

sebuah wadah untuk berbagi opini

Selanjutnya

Tutup

Lyfe

In The Heart of The Sea, Mesin Waktu Lewat Sebuah Film

14 Desember 2015   08:05 Diperbarui: 14 Desember 2015   09:10 188
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Hiburan. Sumber ilustrasi: FREEPIK/Rawpixel

Warner Bros Picture Production terkenal sebagai home production yang tidak main-main dalam memproduksi film-film kelas dunia yang menyabet banyak penghargaan di ajang Academy Awards. Kali ini Warner Bros kembali memproduksi film yang diangkat dari kisah nyata yaitu In The Heart of The Sea. Film yang berdurasi 120 menit ini disutradarai oleh Ron Howard, yang merupakan sutradara ternama yang pernah menyutradarai film Appolo 13 pada tahun 1995.

 Tom Nickerson (Brendan Gleeson) salah satu awak kapal Essex yang saat itu ia berumur 13 tahun menceritakan kisah tentang apa yang sebenarnya terjadi pada Essex kepada seorang penulis kenamaan saat itu, Herman Melville (Ben Wishaw). Ia menceritakan Essex merupakan sebuah kapal penangkap paus sperma yang ternama, dan awaki oleh orang-orang terpilih. Kapal yang dipimpin oleh kapten George Pollard (Benjamin Walker), seorang kapten dari keluarga pelaut, Pollard yang ternama pada masa itu. Dan seorang kelasi Owen Chase (Chris Hemsworth) yang merupakan anak petani tapi ia memiliki jiwa kepemimpinian tinggi. Pada awalnya Essex berlayar dengan tenang hingga terjadi perbedaan pendapat antara Pollard dan Chase yang menyebabkan Essex harus berhadapandengan badai. Muatan minyak yang ditargetkan pun tidak sedikit, yaitu 3000 barrel minyak ikan sperma. Hal ini membuat para awak harus memutar otak. Pada awalnya sangat sulit berburu seekor paus, tetapi saat mereka singgah disebuah pulau pedalaman, mereka bertemu dengan seorang kapten legenda yang pernah berlayar di Perairan Pasifik Selatan yang kabarnya disana merupakan surga bagi para paus. Para awak pun berangkat. Perburuan pun dimulai, tetapi kejadian yang tidak terduga pun terjadi, Essex diserang oleh seekor paus sperma raksasa yang merupakan legenda monster laut diperairan tersebut.

Tom menceritakan kengerian yang terjadi saat mereka mencoba bertahan hidup terombang ambing di perahu selama 90 hari, kanibalisme yang terjadi karena perbekalan mereka sangat minim, penyakit parah yang diderita para awak dan teror dari monster laut tersebut yang terus mengikuti mereka. Kabar bahwa Essex tenggelam akibat serangan paus sperma raksasa pun disembunyikan oleh para penyandang dana karena ketakutan mereka jika kabar ini meluas dapat merugikan mereka sebagai investor kapal penangkap paus sperma. Dalam keputusan dikatakan bahwa Essex karam akibat berbenturan oleh karang. Chase yang menjadi pemimpin para awak kapal tidak terima dengan keputusan itu karena kengerian yang mereka alami itu sendiri. Chase pun menuntut kenuranian Pollard sebagai kapten kapal.

Walaupun film ini merupakan adopsi dari novel karya Nathaniel Philbrick‘s yang berjudul In the Heart of the Sea: The Tragedy of the Whaleship Essex? Pada tahun 2000, tetapi secara tidak langsung film ini mengkisahkan bagaimana Herman Melville menuliskan novel yang legendaris Moby-Dick; or, The Whale tahun 1851. Memang kisah yang diceritakan berbeda dengan Moby Dick karena Moby Dick merupakan novel fiksi. Perbedaannya dalam novel Melville diceritakan nama kaptennya adalah Moby Dick dengan 1 kaki (seperti tokoh-tokoh fiksi bajak laut pada umumnya). Di akhir film pun ditunjukkan cuplikan-cuplikan gambar dari kapal Essex dan tulisan-tulisan Melville. Sedikit membahas tentang sejarah, Essex merupakan kapal penangkap paus sperma yang berlayar dari Nantucket. Pada masa itu, paus sperma ditangkap untuk diambil minyaknya karena saat itu minyak tanah belum ditemukan. Dalam film ini juga sangat jelas menggambarkan kehidupan masyarakat Amerika pada tahun 1800-an.

Tentu saja film ini sukses berkat peran para aktor yang memainkan karakternya dengan sangat apik. Butuh perjuangan dan tidak asal-asalan juga dalam membintangi film tentang kehidupan 200 tahun yang lalu. Para aktor pun harus belajar logat Nantucket pada zaman itu. Tapi semua perjuangan itu pun tidak sia-sia karena film ini benar-benar dapat membawa emosi para penontonnya. Ketegangan dan rasa khawatir pada film tersebut pun dapat dirasakan dengan jelas oleh para penonton. film ini seperti mesin waktu yang membawa penonton kembali ke masa 200 tahun yang lalu dan merasakan teror yang luar biasa dari paus sperma raksasa tersebut. penonton seperti diajak menjadi awak kapal dari whaleship Essex yang melegenda tersebut.

Mungkin bagi sebagian orang memandang film ini terlalu vulgar karena terdapat scene kanibalisme. Tapi bagian itu lah yang justru paling ditonjolkan karena hal tersebutlah yang membuat para awak mendapat trauma yang mendalam.

Mohon tunggu...

Lihat Konten Lyfe Selengkapnya
Lihat Lyfe Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun