Saya sepakat dengan beberapa artikel tentang penutupan kasus Dolly malam ini yang sekarang sedang ramai diperbincangkan . Saya tidak akan berbicara dari segi hukum atau ekonomi akibat penutupan Dolly ini, karena saya bukan ahli di bidang tersebut. Pun dari segi agama, sebab hal ini sudah menjadi sesuatu yang tidak perlu diperdebatkan lagi .Buat saya sudah sangat jelas mengenai hukum zina dalam Islam.
Namun jujur, agak bingung saya membaca pendapat beberapa orang yang menyebutkan bahwa penutupan tempat prostitusi seperti kawasan Dolly yang akan di tutup malam ini justru bisa beresiko memunculkan masalah-masalah baru, salah satunya sulit mengontrol penyebaran HIV/AIDS.
Jadi seolah-olah dengan adanya prostitusi yang terlokalisir akan membuat pemantauan lebih mudah, karena kasus HIV bisa langsung diketahui di tempat itu juga. Logika ini sekilas tampak benar namun sebenarnya ini berbahaya , sebab nanti akan muncul anggapan bahwa dengan menutup Dolly atau lokalisasi yang lain maka penyebaran HIV/AIDS justru semakin liar dan tidak terkendali.
Seperti yang sudah pernah saya bahas dalam artikel saya sebelumnya bahwa virus HIV/AIDS menular melalui cairan tubuh seperti darah,cairan semen,cairan vagina dan ASI. Selain cara penularan lewat jarum suntik dan benda tajam lainnya, maka penularan lain adalah lewat hubungan intercourse/ hub.sexual baik yg hetero/homosexual (vaginal maupun anal ) atau oral sex dgn orang yg terinfeksi penyakit ini. Selain itu penularan lain yakni melalui transfusi darah yg terkontaminasi kuman HIV, pada bayi-bayi yg ibunya hamil atau yg menyusui dan terinfeksi kuman via plasenta /ASI ..
Jadi ada banyak cara penularan penyakit ini, bukan semata-mata akibat hubungan sexual. Dalam pengalaman saya pribadi selama di RS, kasus HIV /AIDS justru banyak saya temukan pada pasien yang dulunya pernah menggunakan narkoba via jarum suntik .
Kembali ke penutupan Dolly, apakah dengan penutupan tempat ini kemudian kasus HIV/AIDS menjadi sulit di deteksi?? In my humble opinion , logika ini perlu dibenarkan sedikit.. Apakah bila datang ke lokalisasi maka data mengenai penyakit ini lebih mudah di dapat, mengingat sumber penularannya sudah jelas. ?? Benar, bila sumber datanya hanya berasal dari para PSK yang ada disana..
Nah masalahnya justru pada para ‘pelanggan’ nya yang sering datang ke tempat ini… Bagaimana cara mendata mereka ? Padahal kita tahu bahwa disini bisa terjadi kasus “ ping-pong phenomena” , yakni bila terdapat seorang pria yang datang ke Dolly kemudian terjangkit virus HIV dari PSK yg ada disana, kemudian ia berhubungan intim dengan istrinya, ada resiko sang istri akan ketularan juga. Bila keduanya tidak diobati maka mereka akan saling menularkan , jadi persis efek bola ping pong dalam permainan tenis meja. Kemudian bila sang istri kelak mengandung/hamil, maka sang anak juga akan tertular penyakit ini. Belum lagi bila si pria ternyata juga berhubungan dengan perempuan lain, maka efeknya sudah pasti akan menyebar kemana-mana. Jadi seperti lingkaran setan yang sulit putus..
Kemudian bila ada pertanyaan bahwa dengan Dolly dibubarkan lalu praktek prostitusi di tempat yang sulit terjangkau, seperti di rumah-rumah atau kolong jembatan akan menjamur? sehingga pengendalian HIV/AIDS juga akan semakin sulit??
Ok , dari segi PSK nya mungkin datanya tidak akan selengkap di lokalisasi karena mereka tidak berkumpul, tetapi pelanggannya sama saja kan? Sama-sama tidak terdata dengan baik ?
Bedanya adalah : Pada lokalisasi ‘resmi’ seperti Dolly, dll saya rasa para ‘pelanggan’ justru seperti mendapat fasilitasi atau payung hukum bukan?? Jadi seolah-olah mereka sah-sah saja datang kesana, karena toh bisnis ini legal dan banyak orang lain datang tanpa takut tertangkap basah. Sudah TST (tahu sama tahu) lah istilahnya..Mereka tinggal datang , booking tempat/PSK , membayar , selesai, dan pulang..
Lha kalo di kolong jembatan? Pasti prosedurnya tidak semudah itu.. mereka masih harus mencari-cari dulu lokasinya/PSK nya , kemudian masih bingung enaknya melakukan dimana ? (di rumput??, di trotoar, diatas motor ?hadehh ), belum lagi efek psikologis karena malu jika ketauan atau takut jika nanti tertangkap tangan satpol PP..:-D .. Pokoknya lebih ribet lah dibanding mereka datang ke lokalisasi.. Hal ini mungkin malah bisa meminimalisir praktek prostitusi karena kerepotan2 diatas..
Kecuali bila ada peraturan seperti ini : Siapapun yang datang ke Dolly/lokalisasi lain dan memakai jasa salah satu PSK disana, maka wajib mengisi tamu (absensi) yang berisi data diri lengkap dengan alamat, no telepon/email yg bisa dihubungi hehe.. Sehingga bila di kemudian hari PSK tersebut positif terkena penyakit HIV/AIDS, maka para ‘pelanggan’ yang pernah berhubungan dengan PSK itu bisa di lacak datanya dan kemudian ikut diperiksa apakah ia terjangkit virus yang sama?Bagaimana dengan anak dan istrinya? Tentu saja perlu diperiksa bukan..? Bila hal ini sampai terjadi saya pikir malah akan menimbulkan masalah baru di dalam rumah tangga para pelanggan yang berujung pada keributan atau bahkan perceraian . Efek dominonya menjadi luar biasa…
Jadi, mari kita sama-sama berdoa semoga apa yang terjadi di Dolly hari ini bisa berlangsung damai demi kebaikan bersama..:-)
Follow Instagram @kompasianacom juga Tiktok @kompasiana biar nggak ketinggalan event seru komunitas dan tips dapat cuan dari Kompasiana. Baca juga cerita inspiratif langsung dari smartphone kamu dengan bergabung di WhatsApp Channel Kompasiana di SINI