Mohon tunggu...
Leli Putri Ramadhani
Leli Putri Ramadhani Mohon Tunggu... Mahasiswa - Mahasiswa/Jurusan Sejarah/Universitas Negeri Malang

hobi membaca

Selanjutnya

Tutup

Sosbud

Tradisi Manganan sebagai Kearifan Lokal di Dukuh Tandingoro Desa Tanjungharjo

5 Maret 2023   20:00 Diperbarui: 5 Maret 2023   20:04 1272
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Di Dukuh Tandingoro Desa Tanjungharjo, Kecamatan Kapas, Kabupaten Bojonegoro, Jawa Timur sangat kental dengan adat istiadatnya, salah satunya yaitu tradisi Manganan. Tradisi tersebut tidak berbeda jauh dengan Sedekah Bumi, tujuannya tidak lain adalah untuk meminta keselamatan dan keberkahan hidup. Juga sebagai bentuk terima kasih atas hasil panen dan semua nikmat yang diberikan oleh Allah SWT. Sedekah bumi disebut juga tradisi Manganan atau nyadran. Kata Manganan berasal dari bahasa Jawa mangan yang berarti makan. Yang pertama kali dilakukan masyarakat Desa Tanjungharjo dalam pelaksanaan tradisi Manganan yaitu membersihkan seluruh halaman Sendang dan menguras sumur juga memotong rumput serta dahan pohon yang tumbang. Pembersihan dilakukan secara gotong royong agar proses pelaksanaannya dapat selesai dengan cepat. Pembersihan tempat tersebut dilakukan agar prosesi Manganan bisa berjalan secara nyaman dan hikmat.

Tradisi Manganan ini juga menyimpan pesan moral yang sangat penting, yaitu dapat mempererat persaudaraan antar sesama. Dalam tradisi ini, masyarakat berkumpul di satu tempat dengan tujuan yang sama yakni terciptanya sistem sosial yang rukun dan harmonis. Pelajaran lain yang dapat diambil dalam momen ini yaitu ketika berbagi makanan. Berbagi dan menerima makanan apapun yang diterima merupakan pelajaran penting untuk saling menghargai atas kemampuan setiap orang.

Tradisi Manganan atau sedekah bumi merupakan kegiatan turun-temurun yang masih dipertahankan oleh masyarakat Dukuh Tandingoro Desa Tanjungharjo, Kabupaten Bojonegoro sampai saat ini. Kegiatan manganan tersebut diadakan setahun sekali dengan diisi acara yang menarik di dalamnya seperti pagelaran wayang kulit yang didalangi Ki Hadi Gondo Sukoco dari Bojonegoro dan campursari. Pak Suyono yang merupakan Kepala Desa Tanjungharjo mengatakan bahwa kegiatan tersebut sebagai bentuk semangat kearifan lokal warganya yang masih dipertahankan.

Prosesi sedekah bumi tersebut dipimpin langsung oleh Kepala Desa Tanjungharjo yaitu Bapak Suyono, dalam sambutannya Pak Suyono mengatakan bahwa gumbregan dan nyadran (Sedekah bumi) merupakan tradisi turun-temurun masyarakat Desa Tanjungharjo, sejarah yang diyakini dan dipegang erat oleh warga Dukuh Tandingoro, Desa Tanjungharjo adalah Eyang Raden Ayu Retno Dumilah sangat suka menggelar pertunjukan wayang kulit di masanya, maka sebagai bentuk terima kasih atas jasa dan perjuangannya serta untuk melestarikan budaya Jawa, khususnya wayang kulit, maka pertunjukan wayang kulit dalam tradisi Manganan di Dukuh Tandingoro Desa Tanjungharjo tetap kita jaga, semua sebagai rasa syukur masyarakat atas anugerah yang diberikan oleh Allah SWT dan juga bentuk terima kasih kepada para leluhur.

Tradisi manganan di Dukuh Tandingoro Desa Tanjungharjo, Kabupaten Bojonegoro dipusatkan di Makam Nyai Retno Dumilah. Masyarakat Dukuh Tandingoro datang ke tempat tersebut dengan membawa berbagai makanan dan jajan tradisional, seperti cucur, onde-onde, jadah, tape, rengginang, buah pisang dan tumpeng. Selain tumpeng, ada juga yang membawa berkat yang berisi nasi putih dan lauk pauk. Lauk pauk yang dibawa biasanya yaitu tempe, tewel, ikan, mie, dan kacang. Selain itu, masyarakat menyusun daun pisang secara bersama-sama membentuk barisan memanjang yang digunakan sebagai alas tempat makan. Berkat yang dibawa masyarakat dari rumah kemudian ditukar, sehingga makanan mereka tertukar satu sama lain. Kemudian dilakukan tahlilan bersama dan berdo'a untuk memanjatkan rasa syukur kepada Allah SWT atas nikmat yang telah diberikan serta mengirimkan do'a untuk leluhur desa yang sudah meninggal. Setelah do'a bersama selesai, makanan tersebut dimakan bersama-sama dan masyarakat pulang kerumahnya masing-masing dengan membawa berkat yang telah ditukar. Setelah kegiatan tersebut selesai, dilanjutkan pertunjukan wayang kulit.

Daftar Rujukan:

https://www.bojonegoro.com/pagelaran-wayang-kulit-warnai-sedekah-bumi-warga-tanjungharjo-kapas-bojonegoro/

https://ipnuippnubojonegoro.or.id/baca/kearifan-lokal-tradisi-manganan-di-desa-tanjungharjo/

https://kabarpasti.com/spirit-kearifan-lokal-sedekah-bumi-tanjungharjo-di-punden-nyai-retno-dumilah/

https://kumparan.com/beritabojonegoro/mengenal-tradisi-nyadran-kearifan-lokal-warga-desa-napis-bojonegoro-1snHjS2U5f4

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Sosbud Selengkapnya
Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun