Mohon tunggu...
Abdul Khasim
Abdul Khasim Mohon Tunggu... profesional -

#Aku hanya orang biasa yang ingin menjadi luar biasa. #Mahasiswa Profesi Ners STIKES Yarsi Mataram

Selanjutnya

Tutup

Catatan

Uang Menjaga Keikhlasan

19 Mei 2014   22:03 Diperbarui: 23 Juni 2015   22:21 44
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Kalau sudah masalah uang mah, everything it’s OK :D . kebutuhan primer ok, kebutuhan skunder juga ok. Tapi apakah mudah dapatkan uang? Tentu tidak, semua butuh proses dan kerja keras. Yang jadi pokok permasalahannya adalah apakah kita ikhlas di gaji sedikt dengan beban kerja tinggi dan tekanan tinggi? Dalam hati kecil pasti kita bilang TIDAK. Tapi apa lacur, ini indonesia, boro-boro pengen gaji gede, dapat kerja saja susah. Maka dari itu produktivitas dan pelayanan melempem. Karena kebanyakan pegawai/karyawan mungkin bilang gini “ahh ngapain gue serius kerja, toh gaji gue rendah, tapi kerjaan gue berat”, kalo kata anak alay sih “Hellooo O.M.G”. maka dari itu negara kita ini tidah pernah maju, produktivitas kurang, pelayanan kurang. Bagaimana mau dihargai oleh negara lain, ngehargain masyarakatnya saja kagak pernah. Beginilah di negara kita tercinta ini, menuntut semuanya maksimal, tapi tidak pernah maksimal dalam memberikan pendapatan pada karyawannya.

Uang itu penting, keikhlasan itu juga penting. Dengan uang/gaji yang sesuai dengan beban kerja, pasti semua karyawan akan bekerja dengan ikhlas. Dengan ikhlas karyawan akan lebih bersemangat, termotivasi, semua potensi keluar di dalam lingkup kerja, dengan itu perusahan/instansi pasti akan maju. Suadah banyak penelitian mengenai hal ini. Tapi kok pemerintah kita ini kagak ngudeng ya? Aneh :)

Kita ambil contoh saja di rumah sakit, puskesmas, pustu dll, pokoknya di instansi pemerintahlah. Pasti diantara kita pernah melihat/bertemu dengan perawat yang sering marah-marah khehe. Mohon di maklumi saja, karena beban kerja mereka itu sangat berat. Di satu bangsal saja yang banyak pasiennya 20-40 orang, perawat yang piket hanya 3 orang. Coba bayangkan bagaimana sibuknya terlebih dengan tanggung jawab yang sangat tinggi. Tapi jika di swasta mungkin akan lebih baik, soalnya gaji dan beban kerja seimbang. Ini terinspirasi dari teman saya yang hampir tiap hari ngeluh, dia adalah perawat honorer di salah satu puskesmas di lombok. Digaji hanya 300 ribu/bulan.

#KeppSpirit. Perawat adalah pekerjaan yang mulia. Jika kita tidak mendapatkan balasan yang sesuai di dunia (uang/gaji) dari pekerjaan kita, Insyallah di akhirat kita akan mendapatkan lebih dari itu (pahala yang berlimpah). Amin :)

Salam

Abdul Khasim

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Catatan Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun